Naik Haji Usia Muda, Jadi Tren Saat Ini

Umroh keluarga (foto dok Nur Terbit)
Sumber :
  • vstory

VIVA – Naik haji tentu adalah angan-angan setiap muslim. Namun apa daya untuk situasi saat ini. Selain sulitnya ekonomi keluarga, juga adanya pandemi Covid-19 yang mengharuskan orang bekerja dari rumah, atau menganggur sama sekali.

Padahal seperti kita ketahui, naik haji bagi orang yang mampu, merupakan rukun Islam kelima. Namun sekalipun sudah mampu dari segi ekonomi, masih ada kendala lain yakni harus mengikuti prosedur. Ikut daftar tunggu atau "waiting list" hingga 20 tahun ke depan.

Untungnya, ada program kerjasama Kementerian Agama dengan pihak perbankan yang kini jadi trend di kalangan generasi milenial. Yaitu menyusun program sejak dini untuk meraih status "Haji Muda" melalui tabungan haji.

Menyadari kendala usia yang sudah "kolonial" ini, saya dan istri yang Alhamdulillah memang sudah pernah menunaikan umrah (ibadah di luar musim haji), akhirnya sepakat mempersiapkan putra-puteri kami untuk berangkat haji dengan program tabungan haji salah satu bank syariah.

Seperti kita ketahui bahwa untuk menunaikan rukun Islam kelima ini dituntut kesiapan fisik dan usia muda. Sehingga lebih baik mempersiapkan diri atau mendaftarkan diri sebagai calon haji sejak usia masih muda (milenial). Pasalnya pelaksanaan rukun haji dan kegiatan sehari-hari di Arab memerlukan kekuatan fisik.

Kebetulan saya memang hidup di tengah keluarga yang hampir seluruhnya sudah menyandang "titel" haji. Dimulai dari kakek-nenek, bapak-ibu, tante-paman, sepupu, bahkan kakak dan adik saya sudah pernah naik haji semua (Haji Muda). Mereka ada bertempat tinggal di Kota Makassar.

Kalau pun masih ada yang belum haji, tapi minimal mereka sudah banyak yang pernah berangkat umrah yaitu ke Baitullah, Mekkah, Saudi Arabia di luar musim haji. Di antara mereka yang sudah umrah itu, saya yang termasuk.

Jadi tidak heran jika terkadang terjadi kesalahpahaman orang di luar keluarga besar kami. Ada saja orang suka memanggil saya dengan panggilan Pak Haji (ibu "hajjah" bagi perempuan). Padahal saya belum haji, cuma pernah umrah hahaha....

Kakek-nenek saya berangkat haji zaman haji laut. Artinya berangkat dan pulang haji menggunakan transportasi kapal laut. Perjalanan cukup lama. Waktu perjalanan saja bisa sebulan. Jadi pergi pulang 2 bukan ditambah waktu berada di Tanah Suci sebulan, praktis 3 tiga bulan.

Ketika ibu-bapak saya mendapat kesempatan berangkat haji, Alhamdulillah sudah berganti transportasi pesawat terbang. Yang saya ingat waktu itu, musim haji dimana ada pesawat pengangkut jemaah haji Indonesia jatuh di Colombo.

Praktis sejak saat itu, pemerintah memutuskan angkutan jemaah haji beralih ke pesawat terbang dengan konsekuensinya tentu saja biaya ONH (ongkos naik haji) jadi mahal. Tapi di sini lain, jarak tempuh perjalanan haji lebih singkat dan tidak perlu lagi berbulan-bulan.

Nah sejak saat itu juga, istilah "haji laut" sudah berganti dengan sebutan "haji udara". Sejak itu pula sudah tidak ada lagi transportasi kapal laut seperti yang pernah dialami kakek-nenek saya waktu berhaji. Semua jemaah haji Indonesia menggunakan pesawat.

Nah, semakin terbuka pulalah peluang untuk menjadi "Haji Muda" (Nur Terbit)

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.