Adhia Rana: Merawat Toleransi Lewat Komunitas

Adhia Rana Penggiat Komunitas Merawat Toleransi (Instagram/adhiarana)
Sumber :
  • vstory

VIVA – Sudah satu triwulan terlewati di tahun ini. Sayangnya, triwulan ini harus ditutup oleh sebuah noda. Bom bunuh diri kembali terjadi pada 28 Maret 2021 lalu bertempat di Gereja Katedral Makassar tepat seminggu sebelum perayaan hari Paskah.

Menambah satu lagi kasus intoleransi di Indonesia yang memberikan dampak keresahan masyarakat minoritas akan hak mereka beribadah di rumah keagamaan mereka sendiri.  

Intoleransi ini masih bertumbuh di masyarakat karena kurangnya penanaman nilai Pancasila. Penanaman nilai ini harus ditanamkan sejak anak- anak, walaupun sudah masuk dalam kurikulum sekolah dasar, terkadang implementasinya masih sulit untuk dilaksanakan.

Hal tersebut menginspirasi Adhia Rana atau yang kerap disapa Adey untuk membuat komunitas bernama Kawan Bhinneka yang bertujuan merangkul semangat toleransi di Tanah Air.

Menciptakan ruang netral untuk bermain bersama

Kawan Bhinneka mengumpulkan anak- anak dari berbagai kelompok agama untuk bermain di ruang netral. Ruang netral adalah sebuah ruang untuk anak bermain selain rumah agama mereka sendiri.

Kawan Bhinneka menyebutnya  sebagai 'Playful Safe Space'. Harapannya saat anak datang ke ruang tersebut, mereka kembali menjadi nol yang bukan dari kelompok A, ataupun bukan dari kelompok B.

Nantinya, anak- anak akan dipecah menjadi kelompok- kelompok kecil berisi lima orang dari berbagai kelompok agama. Kemudian mereka akan diberikan tantangan berupa outbound game yang akan menguji kerja sama dan komunikasi dalam tim. 

“Jadi, kita kasih mereka tantangan yang secara gak sadar, itu menumbuhkan rasa penasaran mereka yang harapannya bisa meruntuhkan stigma yang ada. Misalnya, ‘Oh, ternyata aku main sama temen aku yang Kristen, dia orangnya baik. Dia gak kayak yang guru aku bilang kalau orang Hindu itu jahat atau gimana.’ Udah sesimpel itu aja, “ jelas Adey

Jadi teman untuk semua

Tidak pernah terpikirkan oleh Adey untuk membentuk sebuah komunitas. Berangkat dari keinginannya untuk merangkul semua orang yang untuk mengingatkan bahwa mereka tidak sendiri, ternyata secara alami keinginannya tersebut menjadi sebuah komunitas.

Saat ini setidaknya Adey mengelola dua komunitas yaitu Kawan Bhinneka dan Hi Fear Club. Kawan Bhinneka menjadi tempat bagi anak muda yang memiliki perhatian tentang intoleransi menjadi tahu bahwa mereka tidak sendiri.

Sedangkan, Hi Fear Club Adey dirikan bersama temannya untuk perempuan- perempuan yang merasa tidak percaya diri namun di satu sisi memiliki ambisi untuk mengambil peran besar. Sehingga terbentuklah komunitas di mana mereka menemukan orang- orang yang memiliki aspirasi yang sama dengan mereka.

Harga yang harus dibayar

Saat membangun Kawan Bhinneka, Adey sedang menjadi mahasiswa Manajemen Komunikasi Fikom Unpad. Menurutnya, dari Kawan Bhinneka inilah dia belajar manajemen waktu yang baik. Mau tidak mau, ia harus membagi waktunya antara kuliah, Kawan Bhinneka, dan kehidupannya sehari- hari. 

“Jadi secara ga langsung aku malah belajar untuk mengatur jadwalku dalam sehari tuh efektifnya gimana, produktifnya gimana, istirahatnya gimana gitu. Aku rasa itu karena Kawan Bhinneka dan kalau aku ga bikin Kawan Bhinneka justru aku malah bisa jadi ga belajar cara mengatur waktu,” ungkap Adey

Selain belajar manajemen waktu, Adey juga bercerita bahwa ada harga yang harus dibayar, yaitu kehilangan waktu bersama teman- teman. Adey harus kehilangan waktu bersama teman- temannya karena membangun Kawan Bhinneka ataupun saat ia menyiapkan diri demi mengikuti lomba yang akan ia ikuti. 

Membentuk diri sendiri

Tidak bisa dipungkiri, dua komunitas yang telah dibangun oleh Adey telah membentuk dirinya hingga hari ini. Dari situlah ia belajar tentang problem solving, cara mengatur tim, hingga menyadari bagaimana dirinya sebagai seorang pemimpin.

Ia juga bercerita tentang pengalamannya mendapat masukan dari tim nya yang membuat dia sadar akan pentingnya feedback culture. Tidak ketinggalan Adey juga belajar bagaimana menjadi seorang pemimpin yang bisa percaya dan memberikan dukungan kepada timnya agar mereka lebih hebat dari sebelumnya.  

Mulai dari mana?

Adey menjelaskan saat ingin membuat komunitas, pastikan ada masalah yang ingin  diatasi. Jauh lebih menyenangkan dan bermanfaat kalau membangun sesuatu karena ada masalah yang ingin diselesaikan.

Pandemi juga bukan alasan, saat kita benar- benar ingin membangun komunitas pastikan sudah mengetahui bagaimana menurunkan mimpi menjadi tindakan nyata.

“Kamu harus bener-bener tau makna dibalik kamu melakukan itu tuh apa dan pastikan kalau itu bukan hanya untuk memenuhi ego kamu,” jelas Adey

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.