Kalau Guru Bisa Menulis, Itu Luar Biasa!

Guru PGRI di Hari Guru Nasional 2020 (foto : Wijaya Kusumah)
Sumber :
  • vstory

VIVA – Guru Mengajar, Sudah Biasa. Guru Menulis, Itu Baru Luar Biasa. Itu ungkapan yang rasanya cocok untuk menggambarkan jika melihat guru bisa menulis.

Akhir Agusutus 2020 lalu, saya diminta untuk menjadi juri Lomba Blog Guru Tingkat Nasional dalam rangka hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75.

Lomba ini digelar oleh Guru Blogger Indonesia bekerjasama dengan Ikatan Guru TIK PGRI. Peserta yang mengirimkan naskah sekitar ratusan tulisan dari guru berbagai daerah di seluruh Indonesia.

"Alhamdulillah sudah ada 140 orang guru mengirimkan tulisannya di blog, terima kasih," begitu pesan What's App Omjay, pangiilan akrab Wijaya Kusumah, M.Pd kepada saya. Omjay adalah Sekjen KOGTIK sekaligus panitia dan juri lomba.

Adapun anggota dewan juri lomba blog ini terdiri dari 7 orang guru dan penulis produktif, masing-masing: Nur Aliem Halvaima (Nur Terbit), Heronimus Bani, Sri Sugiastuti, Dedi Dwitagama, Betti Risnalenni, Wijaya Winarja dan Wijaya Kusumah.

Dewan juri menilai tulisan para peserta (guru se Indonesia loh) mulai dari originalitas, kreativitas, kesesuaian dengan tema lomba dan gaya penulisan.

Penilaian juga ditambah dengan bagaimana interaksi dalam blog. Seperti jumlah komentar dan pengunjungnya blog. Dengan demikian kondisi blog tersebut, bisa terlihat tingkat keterbacaan juga bisa jadi point tambahan.

Akhirnya tahap pertama dipilih 10 blog peserta dengan artikel terbaik versi masing-masing penilaian anggota dewan juri. Setelah itu dicari lagi 3 blog untuk juara pertama, kedua, dan ketiga.

Catatan Penjurian

Sebelum diumumkan siapa pemenang, masing-masing anggota dewan juri memberikan kata pengantar hasil penilaian mereka dari tulisan peserta. Seperti disimpulkan berikut ini :

1. Secara umum semua tulisan peserta rata-rata bagus sehingga sulit untuk memilih yang terbaik. Apalagi jumlah tulisan ratusan.

2. Di antara peserta, masih ada yang kurang kreatif menulis judul tulisan agar menarik pembaca. Bahkan banyak yang membuat judul langsung "mencomot" judul dari topik lomba.

3. Ada banyak tulisan yang hanya berisi teori, pendapat ahli, bahkan tulisan tutorial, tanpa memasukkan pengalaman diri sendiri sebagai guru dan pengguna daring. Padahal kontennya sudah cukup bagus.

4. Tidak sedikit peserta yang menulis dengan tidak memperhatikan kesesuaian tema, bertatap muka langsung dengan peserta didik padahal seharusnya melalui daring karena masa pandemi.

5. Seluruh peserta mempunyai animo yang kuat untuk menulis, baik oleh mereka yang menyebut diri Penulis Pemula atau mereka yang sudah terbiasa dengan dunia blog. Maka, sangat nampak perbedaan gaya pada artikel-artikel itu antara Pemula dan yang sudah biasa “ON AIR”.

6. Berhubung artikel-artikel yang dikirim itu bersifat kompetisi, maka tentulah tulisan-tulisan itu ada yang berangkat dengan mengutip teori atau praktik dari pihak lain yang disematkan pada tulisan mereka. Hal ini tidak keliru. Sayangnya milik mereka sendiri sangat tipis ditunjukkan bahkan ada yang seperti kopi-tempel (copas).

7. Ada artikel yang judul di blog berbeda dengan yang tertulis di judul artikel itu sendiri. Apakah ini suatu kealpaan, tidak sempat melakukan editing sebelum posting dan mengirimkannya.

8. Tentang respons dengan pembacanya. Hal ini nampaknya kurang pada banyak blog. Asumsi kami, blog yang banyak terbaca dan terkonfirmasi itu terjadi antara mereka yang saling mengenal, sementara yang belum saling mengenal sangat kurang pembacanya.

9. Bahkan ada blog yang komentarnya dari bapak Wijaya Kusumah tidak direspons oleh pemilik/penulisnya.

10. Tentang tema, rasanya ada yang kurang memperhatikannya. Walau demikian, kami mengapresiasi mereka yang telah berusaha menulis.

11. Tulisan para peserta lumayan bagus, cuma banyak yang terjebak pada teoritis. Kurang memahami panduan yang sudah diumumkan.

12. Seandainya tulisan peserta mau dijadikan buku, perlu ada bimbingan agar bisa dipoles lagi dan layak dibaca atau dijadikan referensi.

13. Siapapun pemenangnya pasti akan menjadi sejarah tersendiri bagi penyelenggara maupun peserta lomba.

14. Secara garis besar tulisan peserta lomba masih berbasis kepada pendekatan teoritis dari sisi konten. Penekanan dari sisi pembelajaran baik masih sedikit.

15. Banyak tulisan yang kurang memperhatikan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia).

16. Korelasi antara judul dengan substansi masih bias.

17. Banyak yang fokus kepada judul bukan ke konten dan relevansi kebermanfaatan.

Mau Dibukukan

Rencananya tulisan peserta yang terkumpul mau dijadikan buku, akan diserahkan ke penerbit mayor atau indie. Tulisan dipilih berdasarkan tema yang mereka tuliskan.

"Omjay mau tawarkan dulu ke penerbit indie," katanya. Caranya, nanti akan dipilih 10 blog peserta dengan artikel terbaik versi masing-masing penilaian anggota dewan juri. (Nur Terbit)

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.