Ini Dia Alasan Banyak Orang Mudah Emosi saat di Jalan Raya

Penulis mejeng di depan deretan mobil dari satu komunitas otomotif (foto dok Nur Terbit)
Sumber :
  • vstory

VIVA - Di tengah kemacetan arus lalu lintas, seorang pria pengendara motor mengamuk. Dia menyalip kendaraan di depannya, kemudian turun dan memecahkan kaca mobil korban dengan helmnya. Setelah kaca mobil pecah, pelaku masih juga membuka pintu mobil tersebut.

Tidak berhenti di situ saja. Pelaku, bahkan menarik paksa pengendara mobil keluar dari mobil. Lalu memukul korban sebagai puncak amarahnya. Kejadian insiden di jalan raya ini sempat viral videonya di media sosial. Tidak jelas apa persoalan awalnya. Tapi ini bukti, bahwa betapa gampangnya orang emosian di jalan raya. Meski, hanya bermula dari persoalan sepele sekalipun.

Saya pernah juga mengalami seperti video viral tersebut. Ya, bertemu "Koboi Jalanan". Peristiwanya terjadi di salah satu jalan protokol yang sedang macet di Kota Bekasi, Jawa Barat, 8 Januari 2020 silam.

Tak ada petugas polisi, kami menyelesaikan sendiri "secara adat,  seperti juga kejadian yang saya ceritakan di awal tulisan, termasuk yang sudah terekam dan sempat viral videonya di media sosial.

Saat kejadian, mobil saya lagi berhenti di putaran dekat lampu merah. Tiba-tiba ditabrak "Koboi Jalanan". Seorang anak muda penunggang motor trail. Tanpa helm, sok jagoan. Saya menduga, dia sedang mabok. Entah mabok alkohol atau narkoba.

Tapi satu hal, ada stigma jelek di sebagian orang. Jika terjadi kecelakaan, bersenggolan, atau tabrakan mobil dengan motor di jalan raya, maka pasti pengendara mobil yang disalahkan. Pengendara motor, apa pun tingkah lakunya, selalu merasa benar.

Satu lagi, ini juga menjadi pengalaman saya di jalan raya. Kalau mobil yang menyenggol motor, maka biasanya motornya berhenti atau mengejar mobil. Sebaliknya, kalau motor yang menyenggol mobil, maka dipastikan, motornya kabur.

Tidak percaya? Coba saja buktikan sendiri. Kepala Korps Lalu Lintas Polri (Kakorlantas Polri), Irjen Royke Lumowa sudah pernah mengingatkan pentingnya kedisiplinan para pengendara di jalan raya.

Pak Polisi ini benar. Kalau kita sudah disiplin di jalan. Kita disiplin di kantor, di mana-mana. Jalan raya jadi repersentasi bagaimana kita, jalan raya adalah percontohan kita untuk melihat diri. Perilaku berlalu lintas juga akan menjadi cerminan sebuah kota. Bahkan hingga memengaruhi citra negara. "Melihat kota yang semrawut, investor bilang, 'wah', martabat kita (menjadi) turun apalagi melihat saling serobot di jalan," ujar Royke.

"Tanpa kita sadari mungkin kita tidak peduli. Saat temen dekat kita meninggal, kita katakan, itu sudah takdir, kita anggap remeh. Beda kalau teman kita meninggal karena ditusuk. Pasti kita akan protes," imbuhnya.

Pengendara melanggar aturan di jalan, dapat merugikan diri sendiri atau pun pengendara lain. Dari peristiwa kecelakaan pula, kita bisa jadi orang miskin, karena bisa hilang pekerjaan kita. Kelalaian berkendara itu sendiri, tercatat sebagai penyebab utama kecelakaan lalulintas.

Data Polri menyebutkan, terdapat 107.500 kecelakaan lalu lintas sepanjang tahun 2019. Angka ini merupakan peningkatan 3 persen dari 2018 yakni sebanyak 103.672 kecelakaan. Walaupun turun sebesar 6 persen dari angka pada tahun 2018, angka korban meninggal juga masih dapat dikatakan tinggi sebesar 23.530 jiwa.

Hikmah dari peristiwa  kecelakaan  ini, janganlah emosi jika berkendara di jalan raya. Baik pengendara motor atau mobil. Gak perlu memperlihatkan diri sebagai "Koboi Jalanan".

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.