Zona Bebas Batam

Singapura Minta Biaya Tinggi Dihilangkan

VIVAnews - Investor Singapura meminta pemerintah Indonesia atau pengelola Otorita Batam menghilangkan biaya tinggi dan menjalankan kawasan perdagangan bebas Batam, Bintan, dan Karimun secara profesional. 
 
"Sudah kami lakukan riset dengan kalangan investor Singapura dan mereka meminta itu (penghilangan biaya tinggi)," kata peneliti dari Universitas Indonesia Sri Wahyuni saat Seminar Free Trade Zone Batam, Bintan, dan Karimun di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis 11 Juni 2009.
 
Menurut Sri, permintaan itu sangat wajar mengingat mayoritas investasi saudagar dari Singapura itu berlokasi di kawasan itu. Jika tidak, dia mengatakan, ratusan investasi miliaran dolar Amerika yang sudah tertanam di sana akan hengkang kembali.
 
Sejak tahun 1990-an, dia mengatakan, ratusan investor dari berbagai negara yang sebelumnya berinvestasi di kawasan itu hengkang ke China, Jepang, dan Thailand. Ironisnya mereka hengkang tanpa memberitahukan ke manajemen Otorita Batam.
 
Tetapi beruntung, sebanyak 167 investor yang hengkang tersebut sudah kembali lagi ke Batam. "Tim kami dari UI sudah melaporkan kasus ini ke Pak Ismet Abdullah (Ketua Otorita Batam)," ujarnya. 
 
Sesuai riset UI, peta investasi dari Singapura di kawasan ekonomi Batam saat ini sebesar 34 persen, Jepang 19 persen, dan negara lainnya 47 persen. Dan tren investasinya terus meningkat sejak tiga tahun terakhir. 
 
Peneliti dari UI lainnya, Bimo Nugroho mengatakan, tantangan bagi regulator Kawasan Bebas Batam saat ini merumuskan dan mengimplementasikan strategi cepat (emergence strategy) untuk meningkatkan daya saing. hadi.suprapto@vivanews.com

Francesco Bagnaia Beber Masalah di Sprint Race MotoGP Amerika 2024
Ilustrasi kereta api.

KAI Operasikan 256 Kereta Jarak Jauh per Hari Selama Arus Balik Lebaran 2024

Masa angkutan lebaran tahun ini, rata-rata tingkat ketepatan waktu perjalanan kereta api jarak jauh capai 99,6 persen.

img_title
VIVA.co.id
14 April 2024