Para Ekonomi RI Bentuk Lembaga Riset Hadapi Tantangan Global

Pertumbuhan ekonomi global
Sumber :

VIVA – Berbagai perkembangan global yang kurang menguntungkan pada akhir-akhir ini, dinilai perlu segera diwaspadai dan diantisipasi. Sehingga, perekonomian Indonesia bisa terhindar dari dampak negatifnya.

LSI Denny JA: Ekonomi Rakyat Berada di Zona Merah

Berbagai kebijakan sejumlah negara membuat sistem perdagangan global tengah terancam dan risiko di sektor keuangan meninggi. Semua ini akan menguji kemampuan pengelolaan kebijakan setiap negara, terutama di kawasan Asia termasuk Indonesia.

Hal itu yang mendasari sejumlah ekonom dari fakultas ekonomi dan lembaga riset membentuk Biro Ekonomi dan Riset (Indonesia Bureau of Economic Research/IBER). Lembaga ini, merupakan wadah riset dan kajian strategis untuk mendukung kebijakan publik Indonesia.

Usai Rusuh 22 Mei, Aktivitas di Perbelanjaan Sarinah Mulai Normal

"Saya harap, IBER bisa menjadi wajah untuk meningkatkan kapasitas riset ekonomi berbasis pengujian konsep dan empiris dan memberi masukan kepada pengambil kebijakan ekonomi," kata Wakil Presiden RI 2009-2014, sekaligus Ketua Dewan Pembina IBER, Boediono dikuti dari keterangan resminya, Jumat 26 Januari 2018.

Sementara itu, mantan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengingatkan, perkembangan ekonomi global yang stabil selama ini telah memberikan dampak positif terhadap perekonomian dunia khususnya negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.

Ekonomi Masih Kuat Hadapi Tahun Politik, Ini Alasannya

Namun, ternyata walaupun globalisasi memberi keuntungan di satu sisi dari segi peningkatan efisiensi dan pertumbuhan ekonomi, menimbulkan pertanyaan apakah manfaat globalisasi merata atau tidak belakangan ini menjadi isu politik dan ekonomi.

“Sebagian besar kemakmuran yang dicapai Indonesia hingga kini tidak terlepas dari tatanan global yang stabil, terbuka yang berbasis kebijakan dan aturan main yang memberikan kepastian," paparnya.

Sementara itu, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI, Ari Kuncoro menambahkan, IBER ditujukan untuk menjadi jaringan para ekonom, terutama peneliti muda, yang berkeinginan melakukan riset yang independen dan relevan untuk kebijakan ekonomi.

"IBER akan bermitra dengan pemerintah, antara lain Kementerian Keuangan, Bappenas, Kementerian Perdagangan, dan BPS," kata Ari.

Selain itu, IBER juga merupakan perwakilan jaringan dari para ekonom untuk membangun platform inovatif dalam analisis kebijakan publik yang didukung 13 institusi dari fakultas ekonomi perguruan tinggi maupun institusi riset.

Jajaran Dewan Pembina IBER terdiri dari Boediono, Emil Salim, Armida Alisyahbana, Iwan Jaya Azis, Mari Elka Pangestu, Moh. Chatib Basri, dan Sudarno Sumarto.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya