Jenderal Djoko Santoso

Terlahir Dari Keluarga Guru

Nama Djoko Santoso dikenal sebagai perwira TNI Angkatan Darat yang tenang, kalem dan bersahaja. Sikapnya yang tegas dan penuh kehati-hatian menjadikan jenderal bintang empat ini nampak mulus menapaki karir militernya.

Jenderal low profile ini, setelah dua tahun menjabat sebagai Kepala Staf Angktan Darat (KSAD), dilantik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Panglima TNI menggantikan Marsekal Djoko Suyanto, pada hari Jumat 28 Desember 2007 di Istana Negara, Jakarta.

Perwira intelijen yang luwes ini ternyata berpengalaman di lingkungan intelijen negara yang memang secara karakter tidak boleh terlihat menonjol. Bahkan lulusan Akademi Militer tahun 1975 ini,lebih banyak bertugas di lingkungan direktorat dan intelijen strategis pertahanan luar negeri. Sehingga minim publikasi media.

Bahkan awalnya banyak kalangan yang tidak begitu mengenal sosok pria dua anak ini. Namanya mulai mencuat saat dirinya menjabat sebagai Pangdam XVI/Pattimura & Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan (Pangkoopslihkam) 2002-2003 dan Panglima Kodam (Pangdam) Jaya Mei 2003-Oktober 2003.

Djoko Santoso juga dikenal sebagai jenderal yang cukup dekat dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bagi kalangan hak asasi manusia, nama Djoko Santoso juga praktis bersih. Artinya, Djoko tidak terkait dengan masalah-masalah pelanggaran HAM berat. Bahkan, dia juga tidak ada kaitan dengan masalah bisnis, perusahaan dan yayasan.

Pria kelahiran Solo, 8 September 1952, menapaki jabatan Panglima TNI cukup panjang rentetannya, dimulai dari Komandan Pleton-I/A/121/II pada tahun 1976, Kasdam IV/Diponegoro. Bahkan jabatan Waassospol Kaster TNI (1998), Pangdivif 2 Kostrad (2001), Wakil Kepala Staf hingga Kepala Staf Angkatan Darat.

Teuku Ryan Tegaskan Bukan Hal Ini Penyebab Cerai dengan Ria Ricis

Suami dari Angky Retno Yudianti ini dilahirkan dari keluarga guru di Solo (Jawa Tengah), 8 September 1952 . Anak pertama dari 9 bersaudara memaksa Djoko harus melewati masa kecil dengan hidup penuh keprihatinan. Ditambah lagi dengan kondisi keuangan orang tuanya yang hanya mengandalkan gaji almarhum ayah sebagai seorang guru Sekolah Menengah Atas (SMA).

Nampaknya, masa kecil Djoko Santoso tidak sebahagia anak-anak kecil lainnya. Kesehariannya, saat kecil Djoko Santoso bukanlah sebuah masa kanak-kanak yang menggembirakan, tapi penuh kesulitan. Kondisi itu justru telah memberikan pelajaran hidup terbaik bagi Sang Jenderal untuk menempa dirinya sebagai pejuang.

Kondisi demikian ternyata memiliki kenangan tersendiri bagi Djoko kepada ayahnya. Dia menceritakan bagaimana ayahnya itu sosok yang sangat dikaguminya, walaupun hanya hanya seorang guru.

"Saya sangat mengagumi sosok bapak saya. Bapak saya seorang guru SMA, meskipun seorang guru, wibawa bapak saya sangat luar biasa. Kalau udah Ashar, bapak saya tinggal berdiri saja, saya langsung pulang," ujar Djoko Santoso usai dilantik sebagai Panglima TNI.

Kerja keras dan belajar sungguh-sungguh adalah bahagian dari cerita perjuangan hidupnya dari kecil hingga saat ini. Tidak ada suatu masa pun yang dilewati dengan hanya bersantai-santai, apalagi berhura-hura.

Sebagai prajurit dia pernah bertugas sebagai Komando Pengendalian Koopslihkam di Maluku itu langsung di bawah Penguasa Darurat Sipil (PDS) Maluku ketika itu. Dia bertanggung jawab kepada PDS Maluku.

Setelah menempati berbagai pos kepemimpinan di tubuh TNI, kini Djoko menjabat sebagai Panglima TNI setelah melalui proses Fit and proper test di DPR.

Djoko Santoso pun berupaya membangun Tentara Perang yang kuat, ditakuti lawan dan disegani kawan, mandiri, percaya pada kekuatan sendiri, baik prajuritnya, rakyatnya, maupun pemerintahnya.

Di Forum Parlemen MIKTA, Puan Ingatkan Krisis di Gaza Berdampak pada Stabilitas Global
Ilustrasi (desain oleh pngtree)

Pesta Demokrasi Selesai, Persaudaraan Jangan Ikut Usai

Demokrasi menghargai setiap siara yang ada.

img_title
VIVA.co.id
7 Mei 2024