6 'Warisan' Orangtua pada Buah Hati

VIVAnews - Buah hati setidaknya akan mewarisi beberapa gen tubuh orangtuanya. Tidak hanya secara fisik tapi juga penyakit bawaan seperti sakit kepala dan alergi.

Pada dasarnya, sejarah keluarga tidak harus mewarisi semua itu. Meski begitu, sebaagai orangtua, Anda perlu mewaspadainya. "Biasanya itu berasal dari kombinasi genetik dan pengaruh lingkungan yang memicu kondisi anak," kata Dokter Anak di Atlanta dan penulis "Heading Home With Your Newborn", Jennifer Shu MD.

Anda tidak dapat merubah gen seorang anak tapi Anda bisa membuatnya terbiasa dengan permasalahan kesehatan yang mempengaruhi keluarga Anda serta mempelajari untuk menghindarinya. Antara lain:

1. Masalah Penglihatan
Biasanya masalah penglihatan pada anak tidak akan jauh dari orangtuanya. Sebut saja rabun dekat, buta warna dan mata layu atau amblyopia, biasanya merupakan masalah penglihatan yang diwariskan orangtua pada anak.

Stuart Dankner MD, dokter mata anak, mengatakan terdapat 25 sampai 50 persen kesempatan seorang anak untuk mewarisi rabun dekat jika orangtuanya memiliki masalah itu. "Buta warna hanya diwarisi pada perempuan sebagai gen pembawa dan meneruskannya, tapi biasanya masalah ini muncul pada pria," ujarnya.

Lain halnya jika anak Anda merasa sakit kepala atau kerap kali meneteskan air mata ketika membaca atau menonton televisi. Mata malas biasanya terjadi pada tahun pertama tapi sulit untuk dideteksi sampai dokter Anda menganalisanya. Untuk buta warna biasanya bisa diketahui pada umur 5 tahun.

Untuk mengatasinya, Anda perlu memeriksakan buah hati Anda pada dokter mata anak sejak usia 1 tahun. Deteksi sedini mungkin dapat menghindari putra Anda dari masalah ini.

2. Eksema
Ada kemungkinan 50 persen putra Anda mengalami eksema. Hal ini tidak aneh, karena eksema kerap ditemui sebagai reaksi alergi. Kondisi tersebut dapat membuat orangtua panik terutama jika mereka tidak memilikinya. "Tendensi tanda-tanda alergi memang diwariskan, bukan alergi secara spesifik," kata Direktur Genetik Klinis, Rumah Sakit Anak Cincinnati Howard Saal.

Meski demikian, eksema memiliki beberapa pemicu spesifik seperti cuaca dingin, lingkungan yang kering, alergi pada makanan seperti produk susu dan telur. Faktor stres juga bisa memicu hal ini. Eksema mudah dikenali. Kondisinya mencirikan kulit kering, gatal-gatal pada pipi, bagian dalam sikut dan dibelakang lutut.  

Anda bisa mengkonsultasikan hal ini kepada dokter untuk mengkonfirmasikan kecurigaan anda tersebut. Tidak ada salahnya melakukan perawatan rutin guna menghindari masalah lebih lanjut. Menggunakan pelembab bisa mencegah eksema melebar, setidaknya untuk mengurangi gatal-gatal dan kemerahan pada kulit. Biasanya dokter juga akan memberi Anda resep salep tropical steroid.

3. Penyakit Migrain
Putra Anda memiliki kemungkinan sebanyak 50 persen (bahkan lebih) mengalami migrain jika orangtuanya juga mengalami hal yang sama. Gejala yang ditunjukkan berupa kombinasi senut-senut, mual dan sensitif terhadap cahaya atau suara. Migrain muncul pada anak usia 8 tahun tapi pada beberapa kasus sakit kepala diasosiasikan dengan gejala mual ketika berkendaraan.

Yang bisa Anda lakukan adalah mengidentifikasi pemicunya pada putra Anda. Biasanya disebabkan oleh faktor kelelahan, gerak berlebihan, perubahan rutinitas, makanan (seperti hot dog dan kafein). Beruntung, sakit kepala pada usia anak bisa disembuhkan dengan tidur atau menggunakan obat ibuprofen atau acetaminophen. Jika sakit berlanjut, Dr Saal menyarankan agar Anda pergi ke dokter syaraf anak.

Studi pada Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit menemukan, anak yang menderita sakit kepala, bila tidak cepat ditangani, memiliki tingkat emosi yang lebih tinggi dibandingkan teman-teman seusianya.

4. Sindrome Sakit Perut
Ada kemungkinan besar orang yang memiliki sindrome sakit perut atau Irritable Bowel Syndrome (IBS), akan mengalami dua kali dalam hidupnya. Menurut kajian Universitas Sidney, Australia sindrome tersebut terjadi pada balita yang orangtuanya pernah mengalaminya.

Gejala klasik yang ditunjukkan berupa kram perut hingga diare. IBS biasanya muncul pada masa anak masuk usia sekolah. Tapi colic bisa muncul lebih cepat. "Terdapat pula komponen emosional yang sangat besar," kata penulis Mommy Calls Tanya Remer Altman MD. Tidak hanya itu, sindrome ini juga muncul ketika si anak tengah menghadapi transisi dalam hidupnya, seperti saat menghadapi sebuah kondisi yang tidak diinginkannya. Atasi dengan mengubah kebiasaan. Seperti menghindari beberapa jenis makanan, menambah probiotik bahkan mengajarkan buah hati mengatur stress seperti Yoga.

5. Alergi
Alergi orangtua biasanya akan menurun pada buah hati. Tapi jangan mengharapkan mereka akan sesensitif Anda. Ingat, orangtua hanya menyalurkan kemungkinan alergi dan hal itu bisa dihindari. Gejala seperti flu, sinus dan infeksi telinga atau hidung gatal menunjukkan pola alergi. Sama halnya dengan mata gatal, rashes, atau demam. Sulit bernapas mengindikasikan adanya kemungkinan putra Anda menderita asma. Gejala tersebut muncul pada usia 3 sampai 5 tahun. Pada kasus ringan, dokter hanya menyarankan pemberian antihistamines dan obat tetes hidung.

6. Gejala Psikologis
Tidak hanya gejala fisik yang diturunkan kepada buah hati. Isu psikologis dan emosi mengandung komponen genetik yang mungkin untuk diwariskan. Ada beberapa komponen genetik seperti attention deficit hyperactibity disorder, moody, anxiety disorder termasuk depresi, bipolar disorer dan obsesif kompulsif.

Sulit memang untuk mengungkapkan permasalahan mental Anda pada dokter anak. Tapi penting bagi Anda untuk melakukannya. Hal ini dilakukan agar Anda dapat mencegah sedini mungkin gejala tersebut.


































Motor Baru Jangan Sampai Kehabisan Bensin, Risikonya Besar
Pertemuan Prabowo Subianto dengan Muhaimin Iskandar Usai Pemilu 2024

Sinyal PKB Merapat ke Prabowo, Presiden PKS: Kita Hormati Keputusan Pak Muhaimin

Muhaimin Merapat ke Prabowo, Presiden PKS: Kita Hormati Keputusan Pak Muhaimin

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024