Sri Mulyani Beberkan Cara Hadapi Resesi Global

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Reno Esnir

VIVA – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, besarnya tantangan perekonomian dunia saat ini, cenderung membuat perekonomian sejumlah negara mengalami fenomena perlambatan pertumbuhan.

Ini 5 Tips Atur Keuangan Keluarga untuk Hadapi Krisis Ekonomi

Dia, bahkan menyebut, hal itu berpotensi mengarah kepada resesi, atau penurunan pertumbuhan ekonomi yang akan terjadi dalam dua kuartal secara berturut-turut.

"Di eksternal, ada pesismime ekonomi global melemah sampai resesi, sehingga policy maker harus respons dengan ekspektasi yang sama," kata Ani, sapaannya, saat ditemui di JCC Senayan, Jakarta Pusat, Jumat 23 Agustus 2019.

Menlu China: Serangan COVID-19 Bikin Ekonomi Global Terperosok

Selain itu, Ani menjelaskan, dengan adanya sejumlah kondisi di tataran global yang penuh dengan kekhawatiran dan sharing pesimisme, hal itu membuat para investor sempat menunda investasi dan tidak melakukan kegiatan apa pun, sehingga terkesan hanya 'wait and see' saja.

"Untuk itu, mereka mulai respons, meski ekonomi global masih cukup baik, meski ada revisi. IMF dari 3,7 persen ke 3,5 persen, jadi 3,2 persen. World Bank juga sama," ujar Ani.

Sri Mulyani Ungkap Dilema Ambil Kebijakan di Masa Krisis

Dia menambahkan, saat ini, tidak hanya pertumbuhan ekonomi global saja yang akan melemah, melainkan juga pada sektor perdagangan. Sehingga, menurutnya, Pemerintah Indonesia perlu untuk terus mewaspadai fenomena apa saja yang sedang terjadi di lingkungan global.

Sementara itu, dari sisi domestik, lanjut Ani, pemerintah harus mampu menjaga ekonomi di dalam negeri. Sebab, apabila Indonesia tidak bisa meningkatkan SDM dan pendapatan, maka kita akan bisa terjebak di dalam jebakan kelas menengah (middle income trap).

"Bagaimana kita bisa atasi SDM, agar Indonesia bisa hindari middle income trap, terutama dari daya saing. Indonesia memang sudah capai hal baik, misalnya EoDB, investment grade. Tetapi, itu tidak menjamin dan tidak boleh membuat kita terlena," kata Ani.

"Dari sisi digital ekonomi, Indonesia ini, meski sudah ada decacorn dan unicorn, tetapi daya saing kita masih kalah dengan Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Mereka punya daya saing yang lebih baik," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya