Meleset Lagi, Sri Mulyani: Ekonomi RI 2019 Cuma Tumbuh 5,08 Persen

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Sumber :
  • Instagram @smindrawati.

VIVA – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2019, hanya akan mencapai 5,08 persen. Angka tersebut, semakin jauh dari target awal yang dicanangkan dalam APBN 2019, dan revisi proyeksi yang dilakukannya pada Juli  lalu menjadi 5,2 persen.

Kemenkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2021 yang Dirilis BPS Sesuai Prediksi

Dia menjelaskan, faktor-faktor pendorong ekonomi pada semester II 2019, diperkirakan akan melambat, dibanding realisasi yang terjadi pada semester I 2019. 

Terlebih, lanjut dia, faktor-faktor musiman yang bisa mendorong laju pertumbuhan ekonomi sudah habis pada semester I 2019, namun tidak mampu dorong lebih cepat pertumbuhan periode itu.

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2021 Capai 3,69 Persen

Dia mengatakan, dari sisi konsumsi, pada semester II 2019 diperkirakan hanya berada di kisaran bawah lima persen yakni 4,97 persen, angka tersebut jauh dari kinerja konsumsi masyarakat pada semester I 2019 yang mencapai kisaran 5,3 persen. Padahal, semester I ada faktor musiman seperti pemilihan umum maupun Lebaran.

"Kami harap, masih ada akselerasi dari belanja pemerintah untuk belanja modal di beberapa kementerian lambat bahkan baru 34 persen. Belanja barang dan pegawai mungkin enggak masalah, bansos bahkan sudah cukup besar di awal," tutur dia di Gedung Parlemen, Jakarta, Kamis 29 Agustus 2019.

Sri Mulyani Janjikan Insentif ke Perusahaan Peduli Perubahan Iklim

Adapun dari sisi investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB), diharapkannya, masih bisa menopang pertumbuhan, karena diperkirakan mencapai 5,2 persen. 

Angka tersebut, jauh lebih tinggi dari perkiraan realisasi investasi pada semester I 2019, yang sebesar 5,02 persen, meskipun jauh di bawah realisasi periode yang sama pada 2018, yang hampir sentuh enam persen.

"Waktu global volatility capital inflow tapi PMTB tumbuh dekati enam persen. Jadi semester I kita kembali ke lima itu karena mungkin kuartal I dekat-dekat pemilu, kuartal II capital inflow naik dan PMDN kuat kita harpa momentum ini kuat di semester II," tegasnya.

Namun, dari sisi realisasi ekspor, lanjut dia, masih akan masuk dalam zona negatif sebagaimana realisasi ekspor pada semester I 2019, yang turun agak dalam, yakni mencapai negatif 20,54 persen. 

Hal itu, karena masih belum kondusifnya kondisi perdagangan global akibat semakin intensnya perang perdagangan antara Amerika Serikat dengan China.

"Sedangkan ekspor semester II, kami perkirakan juga masih dalam zona negatif, sehingga total semester II tumbuh ekonomi kita di sekitar 5,11 persen. Dengan begitu, total keseluruhan 2019 dibulatkan satu digit jadi 5,1 persen atau tepatnya 5,08. Itu adalah forecasting, berarti outlook 5,2 persen masih kami taruh di sana tapi internal kita lihat di 5,08 persen," ungkap Sri. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya