Hingga Agustus, Defisit APBN Sentuh Rp199 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA – Kementerian Keuangan mencatat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN hingga Agustus 2019, kembali naik.

Ada Proyek Ibu Kota Baru, Sri Mulyani Jaga Defisit APBN Sesuai Target

Yakni menjadi sebesar Rp199,1 triliun, atau sebesar 1,24 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Angka defisit tersebut mengalami kenaikan, bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp150,5 triliun.

Defisit APBN Oktober 2021 Capai Rp548,9 Triliun

Defisit pada periode itu terhadap PDB hanya sebesar 1,02 persen, atau jauh lebih rendah dari realisasi Agustus tahun ini.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, defisit tersebut mengalami lonjakan, karena pendapatan negara hanya mampu tumbuh sebesar 3,2 persen, jauh lebih rendah dari belanja negara yang tumbuh lebih cepat, yakni mencapai 6,5 persen.

Sri Mulyani Prediksi Dua Hal ini Buat Defisit APBN 2022 Lebih Rendah

Adapun untuk tahun sebelumnya, pendapatan negara tercatat mengalami pertumbuhan lebih cepat, yakni mencapai sebesar 18,4 persen. Sedangkan belanja negara tumbuh jauh lebih lambat, yakni hanya sebesar 8,8 persen. 

"Dengan demikian, ada kenaikan defisit yang cukup besar, yaitu 32 persen. Angka Rp199 triliun itu adalah 1,24 persen dari PDB atau dibanding tahun lalu posisi akhir Agustus defisitnya 1,02 persen. 0,22 persen yang lebih tinggi." kata dia di kantornya, Jakarta, Selasa, 24 September 2019.

Secara nominal, lanjut Sri, pendapatan negara hingga akhir Agustus 2019, tercatat mencapai sebesar Rp1.189,3 triliun atau sudah mencapai 54,9 persen terhadap target pendapatan negara dalam APBN 2019 yang sebesar Rp2.165,1 triliun.

Sementara itu, untuk belanja negara pada periode tersebut tercatat sebesar Rp1.388,3 triliun atau telah mencapai 56,4 persen dari target pendapatan negara dalam APBN 2019, yang sebesar Rp2.461,1 triliun.

Sri mengungkapkan, dengan catatan itu, maka keseimbangan primer Agustus 2019 mengalami kontraksi Rp26,6 triliun, jauh lebih tinggi dibanding posisi yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat surplus Rp11,7 triliun.

"Kita lihat oleh karena itu, kondisi global tidak berubah dan konsistensi perlemahannya terus terjadi hingga Agustus 2019," tegas Sri.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya