Pertamina-Aramco Masih Belum Sepakati Valuasi Proyek Kilang Cilacap

Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

VIVA – PT Pertamina hingga kini masih belum menyepakati valuasi kerja sama dengan Saudi Aramco untuk pembangunan kilang Cilacap, Jawa Tengah. Padahal, valuasi ini ditargetkan rampung pada September 2019.

Strategi Pertamina Pacu Inovasi Program Berkelanjutan Demi Kesejahteraan Rakyat

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan, pihaknya bahkan sudah menunjuk pihak ketiga atau valuator independen untuk melakukan kajian terkait valuasi itu. Namun, hingga kini masih belum selesai.

"Masih belum selesai negosiasi harganya, valuasinya masih belum selesai. Kita sudah menunjuk pihak ketiga, tetapi belum selesai kajiannya," ujarnya ditemui di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu 9 Oktober 2019. 

Komunitas PERTIWI Pertamina Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan Kesejahteraan Holistik Pekerja Pertamina

Meski begitu, Nicke berharap, kajian ini selesai pada tahun ini. Sebab, pada tahun depan sudah dilakukan pembahasan desain pengembangan.

"Betul (harusnya awal September) kita tunggu saja hasilnya. Diharapkan, tahun ini sudah selesai kita harapkan," kata dia.

10 Tahun Terakhir, Pertumbuhan Produksi Migas Pertamina Hulu Energi Capai 8 Persen

Diakui Nicke, pembahasan masih proses atau mentok di valuasi proyek. Dia mengakui, adanya kemungkinan kerja sama ini dilanjutkan atau tidak.

"Tergantung harga valuasi. Ini kan b to b (Business to Business) ya kesepakatan dua belah pihak," ucapnya. 

Informasi yang dihimpun, valuasi proyek yang dihitung Pertamina mencapai US$5,66 miliar. Sedangkan Saudi Aramco hanya menilai proyek US$2,8 miliar.

Kesepakatan pengembangan kilang Cilacap atau refinerry development master plan (RDMP) RU IV Cilacap ini awalnya sudah ditekan sejak 22 Desember 2016 lalu. 

Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama Pertamina saat itu, Dwi Soetjipto dan Chief Excecutive Officer Saudi Aramco, Amin H. Nasser. Tanda tangan ini merupakan kelanjutan dari nota kesepahaman pada 2014. 

Saat itu, nilai investasi yang disebutkan sebesar US$5 miliar atau sekitar Rp65 triliun. Pada waktu itu, proyek ini ditargetkan rampung pada 2021 atau maju dari target sebelumnya pada 2022. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya