4 Fakta Kedahsyatan Topan Hagibis yang Akan Terjang Jepang

Prakiraan pergerakan Topan Hagibis di perairan Jepang
Sumber :
  • BBC Twitter

VIVA – Topan Hagibis, siklon tropis yang mulai melanda Jepang, memberi potensi bencana yang tinggi terhadap masyarakat negeri Matahari Terbit itu.

Suhu Laut Mendatang Bakal Meningkat, Diperkirakan Akan Ada Badai Hebat dan Cuaca Ekstrem

Dilansir dari NHK pada Jumat 11 Oktober 2019, setidaknya ada empat alasan Topan Hagibis bisa menjadi bencana yang dahsyat.

Pertama, Hagibis memiliki diameter yang luas, mencapai 1.400 kilometer atau hampir setengah dari luas Jepang. Luas yang besar ini secara otomatis membuat durasi bencana lebih lama, juga memberi dampak ke area yang lebih luas.

Mengenal Badai Siklon Tropis, Penyebab Cuaca Ekstrem di Indonesia

Kedua, Hagibis memiliki tekanan yang besar pula. Tekanan tercatat mencapai 915 hectopascal (hPa). Badan Meteorologi Jepang, juga memprediksi tekanan bisa mencapai 950 hPa. Tekanan sebesar itu bisa menyebabkan banyak kerusakan di darat di area metropolitan Tokyo, membuatnya bisa menjadi topan terdahsyat yang pernah terjadi di ibu kota Jepang itu.

Ketiga, Hagibis melanda bertepatan dengan purnama. Hal itu menyebabkan air laut lebih tinggi, sehingga menambah potensi ombak besar menghantam pesisir-pesisir timur Jepang.

BMKG: Informasi Akan Terjadi Badai di NTT adalah Berita Hoaks

Keempat, area metropolitan Tokyo, baru saja dilanda topan Faxai beberapa waktu yang lalu, berpotensi terdampak Topan Hagibis. Padahal, wilayah tersebut masih memulihkan diri dari bencana yang membuat tiga orang meninggal dunia, serta ratusan ribu orang hidup tanpa listrik. Banyak juga rumah yang belum tuntas diperbaiki. 

Efek yang diberikan Topan Hagibis bisa membuat area metropolitan Tokyo, mengalami kesulitan yang tinggi untuk sepenuhnya pulih dari bencana.

Sebelumnya diberitakan, Hagibis, topan yang diprediksi sebagai siklon tropis terdahsyat pada 2019, mulai mendekati Jepang pada Jumat 11 Oktober 2019. 

Dilansir dari NHK, topan yang terpantau mulai terbentuk pada 2 Oktober 2019, tercatat memiliki kecepatan angin nyaris 200 kilometer per jam, atau tepatnya 198 kilometer per jam. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya