TubanPetro Butuh US$6,7 Miliar Lagi agar RI Tak Impor Petrokimia

Ilustrasi Pabrik Kimia
Sumber :
  • uic.co.id

VIVA – PT Tuban Petrochemical Industries atau Tuban Petro telah mendapatkan modal kerja baru dari pemerintah setelah utangnya terhadap pemerintah sebesar Rp2,62 triliun dari total Rp3,4 triliun dikonversi menjadi saham. Dengan itu, TubanPetro memastikan dana tersebut akan menjadi modal untuk operasi setelah gagal bayar pada 2012.

Jadwal Proliga 2023 Hari Ini: Bandung BJB vs Gresik Petrokimia Jadi Laga Pembuka

Direktur Utama Tuban Petro, Sukriyanto mengatakan, selain dana segar, perusahaannya masih membutuhkan dana tambahan supaya pengoperasian industri petrokimianya bisa optimal mengurangi impor. 

Menurut dia, kebutuhan dana untuk pengembangan pabrik dan operasi perusahaan mencapai US$6,7 miliar atau setara Rp94,7 triliun (kurs Rp14.140 per dolar AS).

Persedian Pupuk Nasional Ditegaskan 137% di Atas Stok yang Ditetapkan

"Dananya dari ada hubungan dengan bank, tapi kalau kita ada hubungan dengan investor juga nanti akan nyaman. Rencana kita sih akan kombinasi antara mengundang investor dan pihak bank juga tapi kalau undang investor kita pertimbangkan investor strategic," tutur dia di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat, 18 Oktober 2019.

Dia merincikan, untuk memperluas kapasitas produksi sendiri, Tuban Petro membutuhkan dana sebesar US$17,5 juta, terutama yang diperuntukan untuk perluasan pengembangan pabrik dan biaya operasi. 

Optimalkan Sumur Minyak, Petrokimia Gresik Kirim Surfaktan ke Jambi

Dari situ, kata dia produksi bahan baku petrokimia bisa terdongkrak dari yang tahun lalu 240 ribu matrik ton menjadi 300 metrik ton pada 2019.

Selanjutnya, kata dia, kebutuhan pendanaan berikutnya adalah dengan membangun pabrik baru untuk anak perusahaanya yakni Polytama Propindo sebagai produsen polypropilene atau bahan dasar produk petrokimia. Kebutuhan dana mencapai US$400 juta dan US$300 juta pabrik ke dua.

"Tapi nanti itu kan sebagian modal, sebagian biasanya adalah construction loan. Tapi total project cost adalah US$400 juta untuk pabrik propylene. Kedua, Polytama kedua sekitar US$300 juta," tuturnya.

Terakhir, lanjut dia adalah dengan membangun pabrik olefin supaya nantinya bisa terintegrasi dengan pabrik aromatic yang dihasilkan oleh anak usahanya pertama, yaitu Trans-Pacific Petrochemical Indotama atau TPPI. Kebutuhan dana pembangunan pabrik itu mencapai US$6 miliar.

"Overall butuh durasi tiga sampai empat tahun. Dari sisi nilainya besar-besar memang tapi kalau tidak dilakukan efek impornya luar biasa. Anyhow, secara market prospeknya masih sangat baik industri ini," ungkapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya