Manfaatkan Radiasi Sinar Gamma, Batan Kembangkan 2 Varietas Padi Baru

Batan Berhasil Kembangkan Dua Varietas Padi
Sumber :

VIVA – Badan Tenaga Nuklir Nasional atau Batan berhasil mengembangkan dua varietas padi jenis Rojolele baru.

Kementan Gencarkan Pompanisasi dan Olah Tanah serta Percepat Tanam Padi

Melalui Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR), Batan menghasilkan dua padi varietas baru yang dinamai Rojolele Srinar dan Rojolele Srinuk. Kedua jenis varietas baru ini, diklaim lebih baik dibandingkan varietas padi jenis Rojolele yang lama.

Peneliti Batan, Sobrizal menjelaskan, sejak 2013, Batan melakukan penelitian hingga menghasilkan dua varietas baru padi Rojolele jenis Srinar dan Srinuk.

Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi, Untungkan Petani

Sobrizal mengungkapkan, padi jenis Srinar dan Srinuk dihasilkan Batan menggunakan sinar Gamma pada dosis 200 Gy.

Dia mengatakan, dengan sinar Gamma 200 Gy ini dua varietas padi Rojolele Srinuk dan Srinar ini memiliki ketahanan terhadap hama yang lebih tinggi dibandingkan padi jenis lainnya.

Kemenko Perekonomian Ungkap Besarnya Gap Pasokan Pangan: 50 Persen Terpusat di Pulau Jawa

"Srinar tahan hama WBC (wereng batang coklat) biotipe 1,2 dan tiga. Sedangkan Srinuk, tahan WBC tipe 1. Sedangkan Rojolele induk, peka terhadap wereng coklat," ujar Sobrizal, Selasa 22 Oktober 2019.

Selain lebih tahan terhadap hama, Sobrizal mengungkapkan, dua varietas baru hasil penelitian Batan ini juga memiliki keunggulan lainnya. Keunggulan itu adalah menghasilkan padi dengan jumlah yang lebih banyak dan memiliki masa panen yang lebih pendek dibandingkan jenis lainnya.

"Varietas Rojolele induk hanya bisa menghasilkan 4,2 ton per hektare. Srinar dan Srinuk bisa berpotensi menghasilkan 9,75 ton per hektare (rata-rata 8,42 ton). Umur padi dari tanam hingga panen juga lebih singkat.  Padi Rojolele induk dipanen pada umur 155 hari, Srinar dan Srinuk hanya membutuhkan 120 hari saja," papar Sobrizal.

"Bobot per 1.000 butir Srinar 28,56 gram. Bobot Srinuk per 1.000 butir 28,64 gram. Bobot Rojolele induk per 1.000 butir 32 gram. Selain itu, mutu fisik beras dan mutu organoleptik (rasa nasi, aroma dan lain-lain) setidaknya sama dan bahkan cenderung lebih baik dibandingkan induknya," tambah Sobrizal.

Sobrizal menerangkan, baik Srinuk maupun Srinar sudah lolos sidang pelepasan varietas pada akhir Juni 2019.  Sobrizal menyebut bahwa saat ini, dua varietas ini sedang menunggu Surat Keputusan Pelepasan dari Menteri Pertanian,

"Harapannya, kedua varietas ini bisa ditanam masyarakat tani di Klaten secara luas dengan produksi dan kualitas beras tinggi. Karena, berasnya bagus bisa dijual lebih mahal, dan akan dapat meningkatkan penghasilan petani," urai Sobrizal.

Sedangkan, menurut Kepala PAIR, Totti Tjiptosumirat, keberhasilan mengembangkan dua varietas padi Rojolele baru ini merupakan komitmen Batan dalam memanfaatkan teknologi nuklir untuk tujuan damai, khususnya di bidang pertanian.

Totti menerangkan, keberhasilan pengembangan dua varietas padi Rojolele jenis Srinuk dan Srinar ini dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa pemanfaatan teknologi nuklir tidak hanya untuk senjata dan energi saja, namun bisa pula dimanfaatkan untuk berbagai bidang.

"Hasil perbaikan varietas padi lokal Rojolele ini merupakan suatu bukti komitmen Batan dalam memanfaatkan teknik nuklir untuk kesejahteraan masyarakat," tutur Totti.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya