Jaga 'Demand' Domestik, Menkeu Terus Dongkrak Konsumsi Nasional

Sri Mulyani memberikan keterangan kepada wartawan di Istana usai ketemu Jokowi.
Sumber :
  • VIVAnews/Fikri Halim

VIVA – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menegaskan, di tengah ketidakpastian global yang diperkirakan masih akan terus berlangsung dalam beberapa waktu ke depan, pemerintah tengah menggenjot penguatan permintaan domestik melalui kebijakan fiskal yang kontra siklus.

Sosialisasi Pajak Bareng Sri Mulyani, Ganjar Minta Warga Jangan Takut

Artinya, saat ini pemerintah akan terus berupaya mendorong permintaan atas produksi dalam negeri, guna mempertahankan atau bahkan terus meningkatkan konsumsi nasional.

Selain sebagai salah satu penopang kinerja perekonomian, Sri Mulyani berharap hal itu nantinya juga akan mampu menarik antusiasme para pihak swasta, untuk ikut berinvestasi di Tanah Air.

Soal Banjir Rob, Bupati Demak Curhat ke Sri Mulyani Minta Bantuan

"Sikap kebijakan fiskal pemerintah saat ini adalah kontra siklus, guna menjaga demand domestik di tengah lingkungan global yang tidak pasti," kata menteri yang akrab disapa Ani tersebut, di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Kamis 31 Oktober 2019.

Selain dengan cara itu, Ani menjelaskan bahwa pemerintah juga terus gencar memberikan sinyal kepada para pelaku pasar, mengenai potensi besar dalam perekonomian nasional.

Sri Mulyani Akui 20 Tahun Desentralisasi Fiskal Banyak PR, Apa Saja?

Sebab, Ani mengakui jika tekanan psikologis terhadap para pelaku pasar, sebagai akibat dari pelemahan ekonomi global, nyatanya juga kerap menjadi motif dari tren pelemahan yang ikut menjangkiti perekonomian nasional.

"Kami terus kasih sinyal kepada para pelaku pasar, tentang besarnya potensi ekonomi kita, agar mereka jangan sampai ikut gloomy (suram)," ujar Ani.

Karenanya, Ani menegaskan, salah satu tantangan utama di masa perlambatan ekonomi global saat ini, adalah agar bagaimana Indonesia bisa terus beradaptasi dan bertahan dari berbagai dampak perang dagang antara AS dan China.

Sebab, nyatanya dampak trade war itu memang sangat signifikan, baik untuk AS dan China maupun negara-negara lain yang selama ini memiliki hubungan dagang dengan keduanya baik secara langsung maupun tidak langsung.

"Sejak 2018, perang dagang Trump memengaruhi psikologis dunia. AS yang tadinya sangat terbuka, tiba-tiba jadi berbalik, dan ini yang belum bisa di-digest," kata Ani.

"Apalagi sama-sama kita ketahui bahwa dinamika politik AS menimbulkan suatu ketidakpastian, dan pengaruhnya pada psikologi (para pelaku pasar)," ujarnya.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya