Artificial Intelligence Hingga Cloud Genjot Inovasi Sektor Manufaktur

Ilustrasi industri manufaktur.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

VIVA – Industri manufaktur di Indonesia mulai gencar mengadopsi teknologi digital terbaru dalam mendorong revolusi industri 4.0, terutama artificial intelligence, machine learning, dan internet of things (IoT) yang semua berbasis cloud

Ex President Barack Obama Makes Surprise Visits to PM Rishi Sunak

Teknologi digital terbaru itu digunakan untuk menopang inovasi manufaktur. Sehingga, meningkatkan efisiensi sekaligus menggenjot produktivitas, serta mampu mengatur skalabilitas produksi untuk mencapai fleksibilitas dan kegesitan operasional.

Vice President Product Management Cloud & UC Telkomtelstra, Arief Rakhmatsyah mengungkapkan, pihaknya dalam mendorong revolusi industri 4.0 sektor manufaktur dengan menggunakan IoT dan memanfaatkan banyak sensor di seluruh lini produksi. 

Ketua KPU Buka Suara soal Isu Aplikasi Sirekap Terafiliasi dengan Alibaba

Kehadiran sensor yang terhubung dengan IoT memungkinkan perusahaan manufaktur untuk mencapai efisiensi operasional, skalabilitas produksi, kegesitan, sekaligus meningkatkan produktivitas di saat peak season. 

Berdasarkan riset perusahaan teknologi informasi, Gartner IoT Forecast Tools 2018, akan ada 153 ribu benda yang akan terkoneksi dengan IoT di Indonesia hingga 2020. Pertumbuhan IoT di Indonesia mencapai rata-rata majemuk (compounded annual growth rate/CAGR) sebesar 19 persen sampai akhir 2022.

Bikin Cloud Pribadi dalam Hitungan Menit

“Dengan banyaknya inovasi-inovasi dan dibutuhkan agility ketika harus men-develop banyak hal, itu lebih mudah kita melakukannya di cloud daripada perusahaan harus berinvestasi di data center yang besar, itu jatuhnya mahal,” papar Arief dikutip dari keterangannya, Senin 9 Desember 2019. 

Karena itu, menurut dia, dibutuhkan solusi-solusi terdepan untuk menjawab tantangan tersebut. Telkomtelstra sebagai cloud provider menyediakan sistem berbasis azure yang sangat lengkap dengan keunggulan end-to-end dari cloud hingga edge computing

Arief menambahkan, sektor manufaktur seperti industri pesawat terbang, otomotif, dan lainnya telah menggunakan solusi terdepan ini. Sehingga, produksinya pun bisa lebih berkembang dan cenderung stabil. 

“Implementasi sudah diaplikasi ke industri manufaktur pesawat, banyak sensor dipasang di setiap pesawat sehingga dapat mendeteksi risiko kerusakan dan perawatan. Demikian juga di otomotif, mobil seri mahal itu penuh sensor, ban kempis sedikit sudah ketahuan. Mobil yang dipasangi berbagai sensor itu, datanya kemudian dikumpulkan di edge computing untuk dianalisis dengan machine learning,” jelasnya.

Sementara itu, Chaiman Asosiasi Big Data & AI Indonesia Rudi Rusdiah menilai, penggunaan artificial intelligence, machine learning, dan IoT yang marak di sektor manufaktur di Indonesia tidak lepas dari berbagai tantangan ke depan. Salah satu tantangan itu adalah sumber daya manusia (SDM) yang membutuhkan keahlian tertentu. 

“Hal ini merupakan kelanjutan dari sistem otomasi di sektor manufaktur yang telah berkembang dari 10 tahun lalu, kemudian beralih ke arah efisiensi dan kegesitan dalam operasi,” ujarnya.

Sementara itu, Chairman Aptiknas DKI Jakarta yang juga Sekjen Asosiasi Cloud Computing Indonesia (ACCI), Franky Christian menjelaskan, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah membuat INDI 4.0 yang menjadi indeks acuan untuk mengukur tingkat kesiapan industri manufaktur menuju Revolusi Industri 4.0. 

Hasil sementara dari INDI 4.0, sebanyak 326 perusahaan manufaktur telah melakukan assessment dan bersiap untuk bertransformasi menuju revolusi industri 4.0.

“Kondisi ini juga mendorong adopsi yang lebih cepat untuk cloud computing, artificial intelligence, machine learning, dan IoT,” kata Franky.

Head of Advisory Service Asia Pacific Ovum, Andrew Milroy juga menilai, sektor manufaktur membutuhkan solusi teknologi digital untuk mengefisienkan operasional produksi. Sehingga lebih terukur dan sesuai permintaan pasar. 

“Tren yang terjadi di manufaktur antara lain produksi massal akan tergantikan dengan custome production sesuai kemauan konsumen, dengan bantuan teknologi digital seperti artificial intelligence, machine learning, cloud, dan IoT,” paparnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya