Pemberantasan Kemiskinan Harus Diikuti Pengembangan Kewirausahawan

Inisiator, Pendiri dan Pembina Dompet Dhuafa, Parni Hadi.
Sumber :
  • VIVAnews/Arrijal Rachman

VIVA – Lembaga zakat, Dompet Dhuafa, menganggap, data kemiskinan yang terus mengalami penurunan hingga tahun ini, belum mampu menekan secara nyata besarnya kemiskinan di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jika dilihat dari persentase jumlah penduduk, penduduk miskin hingga Maret 2019 tercatat 9,41 persen atau menurun dibandingkan tahun sebelumnya 9,82 persen.

Kurangi Kemiskinan hingga ke Pelosok, Pemerintah Luncurkan Program Kampung Zakat

Inisiator, Pendiri dan Pembina Dompet Dhuafa, Parni Hadi, mengatakan, usaha pengentasan kemiskinan pada dasarnya telah dilakukan sejak zaman Presiden Soeharto, namun angka kemiskinan hanya mampu konsisten turun di bawah satu persen.

Berdasarkan data BPS, hingga Maret 2019 jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2019 mencapai 25,14 juta jiwa, berkurang 0,25 persen poin atau 530 ribu jiwa, dibandingkan posisi September tahun lalu, dan menyusut 0,41 persen poin atau  805 ribu jiwa dibandingkan posisi Maret tahun lalu.

Gubernur Isran Noor Optimis Kemiskinan Kaltim di Bawah 3 Persen

"Mengapa kemiskinan enggak habis-habis di negeri ini, apa salah metode, manusianya, atau apa. Mengapa masih banyak orang miskin di negeri ini," kata dia dalam acara Indonesia Poverty Outlook 2019, Jakarta, Senin, 9 Desember 2019.

Parni menegaskan, berdasarkan realita di lapangan, kemiskinan yang dialami masyarakat kelompok marjinal memang tidak hanya sebatas kemiskinan secara ekonomi, melainkan juga kemiskinan non-ekonomi. Seperti, terbatasnya akses terhadap pengetahuan dan keterampilan, produktivitas yang rendah, nilai tukar yang rendah dari komoditas yang dihasilkan, serta terbatasnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

Persoalan Tembakau di RUU Kesehatan Dianggap Bisa Picu Peningkatan Angka Kemiskinan

Karenanya, dia menegaskan kemiskinan itu tidak dapat diselesaikan hanya dengan pembangunan ekonomi atau bantuan finansial, melainkan yang lebih utama pemberdayaan agar kelompok marjinal tersebut dapat mandiri dan mengubah nasibnya sendiri.

"Dari proses bantuan ke pemberdayaan, makanya kita kembangkan philantropreneur, kita kembangkan semangat kedermawanan dengan muatan harus belajar kewirausahaan," katanya.

Sebagai informasi, dalam empat tahun terakhir yakni Maret 2015–Maret 2019, 3,45 juta penduduk memang mampu keluar dari kemiskinan. Namun demikian, pencapaian ini lebih rendah dari target RPJMN yang mematok target angka kemiskinan 7-8 persen pada 2019.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya