China Masih Nakal di Natuna, RI Perlu Lakukan Backdoor Diplomacy

Kapal Coast Guard China membayangi KRI Usman Harun di Laut Natuna (11/1/2020)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

VIVA – Pemerintah didesak untuk berjuang semaksimal mungkin untuk mengamankan kedaulatan Indonesia. Anggota Komisi I DPR Sukamta mengatakan bahwa untuk urusan kedaulatan maka negara tidak boleh berkompromi termasuk di laut Natuna.

5 Makanan yang Dianjurkan untuk Penderita Darah Tinggi, dari Buah Beri sampai Yogurt

"Kita lihat bahwa yang dilakukan selama ini melanggar ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) yang menjadi hak Indonesia. Apakah itu wilayah berdaulat atau tidak tetapi pelanggaran itu dilakukan terus menerus, maka akan sampai kepada pelanggaran kedaulatan," kata Sukamta dalam diskusi CDCC di Jakarta, Senin 13 Januari 2020.

Sukamta mengatakan bahwa hal yang dilakukan oleh nelayan China baru-baru ini di perairan Natuna bukan hanya melanggar ZEE namun juga telah melarang dan menghalangi penegakan hukum aparat Indonesia. Menurutnya, ini waktunya bagi bangsa Indonesia untuk menerjemahkan jargon NKRI Harga Mati.

Mobil Listrik Toyota bZ3C dan bZ3X Resmi Meluncur, Begini Tampilannya

"Kita juga bertanya-tanya apakah yang dilakukan China sekadar menjaring ikan di wilayah ZEE dengan kapal ikannya, atau dia melakukan banyak aktivitas yang covernya adalah nelayan ikan, tapi boleh jadi kepentingan China selain ikan juga sumber daya di bawah laut itu sendiri," ujar anggota DPR dari Fraksi PKS itu.

Backdoor Diplomacy

Joe Biden Sahkan Undang-undang yang Membuat Tiktok Terancam Diblokir

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Guru Besar Hukum Internasional UI Hikmahanto Juwana mengatakan masuknya nelayan-nelayan China ke ZEE Indonesia di Natuna Utara berarti pemerintah perlu melakukan backdoor diplomacy.

"Backdoor diplomacy dilakukan bila terjadi kebuntuan dalam diplomasi formal. Dalam melakukan hal ini, pemerintah akan menunjuk tokoh yang dapat mempengaruhi kebijakan yang diambil oleh suatu negara," ungkap Hikmahanto dalam keterangan resminya.

Dalam kaitan dengan mulai kembalinya nelayan-nelayan China di Natuna Utara, maka backdoor diplomacy dapat dilakukan untuk menyampaikan pesan oleh tokoh yang ditunjuk. Pesan yang disampaikan yaitu apabila nelayan-nelayan China terus berdatangan maka akan membangkitkan sentimen anti-China dari publik Indonesia.

"Bila kemarahan publik tidak dapat dibendung oleh pemerintah maka kepentingan China di Indonesia akan terganggu. Ini mengingat pemerintah Indonesia akan merespons kehadiran nelayan-nelayan China dengan mengambil sejumlah langkah yang keras sesuai tuntutan publiknya," kata dia.

"Langkah ini bisa jadi akan dibalas oleh pemerintah China. Situasi inilah yang berpotensi merusak persahabatan Indonesia dan China yang selama ini terjalin," imbuh Hikmahanto.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya