IMF Perkirakan Ekonomi Asia 2020 Terburuk dalam 60 Tahun

Ilustrasi Target Pertumbuhan Ekonomi pada 2020,
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi di Asia akan terhenti pada nol persen pada tahun 2020. Untuk pertama kalinya dalam 60 tahun, Asia menjadi wilayah yang tidak akan mencatat pertumbuhan ekonomi tahun ini karena pandemi virus corona.

Sri Mulyani: Ekonomi Global Diperkirakan Stagnan

Direktur Departemen IMF untuk Asia dan Pasifik, Chang Yong Rhee mengatakan, kondisi saat ini adalah yang terburuk dibanding krisis keuangan global yang saat itu kawasan Asia masih tumbuh 4,7 persen. Sedangkan, saat krisis keuangan Asia, ekonomi di kawasan juga masih mampu tumbuh 1,3 persen.

“Ini adalah kinerja pertumbuhan terburuk dalam hampir 60 tahun, termasuk selama Krisis Keuangan Global (4,7 persen) dan Krisis Keuangan Asia (1,3 persen),” ujarnya dilansir dari CNBC, Kamis 16 April 2020.

Ekonom BCA Ramal Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tumbuh 5,07-5,14 Persen

Namun, ia menambahkan, situasi di Asia masih terlihat lebih baik dari kawasan lain dalam hal aktivitas ekonomi. Rhee mengatakan, revisi pertumbuhan ekonomi ke bawah sangat penting.

Tiongkok sendiri, diproyeksikan menurun dari 6,1 persen pada 2019 menjadi 1,2 pada pada 2020. 

Sri Mulyani Prediksi Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tumbuh 5,17 Persen

"Asia tidak kebal,” ujar Rhee.

Meskipun, ada ketidakpastian besar tentang prospek pertumbuhan 2020, dan lebih-lebih lagi tentang prospek 2021, dampak virus corona di kawasan Asia disebut akan secara menyeluruh menjadi parah. "Dan belum pernah terjadi sebelumnya," tambah dia.

Asia disebut telah menjadi salah satu wilayah dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Selama krisis sebelumnya seperti krisis keuangan Asia pada 1997 dan krisis keuangan global sekitar 2008-2009, kawasan itu masih mencatat rata-rata tingkat pertumbuhan masing-masing 1,3 persen dan 4,7 persen.

Tetapi pandemi virus corona yang telah menginfeksi lebih dari 2 juta orang dan membunuh lebih dari 130.000 orang seluruh dunia, telah menghentikan banyak kegiatan ekonomi global. Terutama ketika pihak berwenang mengunci negara dan kota untuk membendung penyakit yang menyebar cepat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya