Labuan Bajo Digilas Corona, Badan Otorita Kucurkan Bantuan Rp4 Miliar

Menara pandang dari atas Puncak Waringin, Labuan Bajo.
Sumber :
  • VIVAnews/Dusep Malik

VIVA – Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores menyiapkan anggaran Rp4 miliar guna mengantisipasi imbas virus corona (Covid-19) terhadap sektor pariwisata di 11 Kabupaten di Flores, Lembata, Alor dan Bima NTB.

AstraZeneca Tarik Vaksin COVID-19 di Seluruh Dunia, Ada Apa?

Badan Otorita yang bermarkas di Labuan Bajo Manggarai Barat ini telah menganalisis dampak pandemi global Covid-19 terhadap industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) setelah hampir semua negara masing-masing menerapkan karantina domestik.

Seiring dengan diumumkannya Covid-19 sebagai Bencana Nasional pada 14 Maret 2020 oleh Pemerintah Pusat dan imbauan tidak bepergian oleh World Health Organization (WHO) serentak berefek pada jasa penginapan, kuliner, UKM, kapal pesiar serta pembatalan beberapa festival.

Anak Muda di Yogya Diajak Diskusi Ramu Kebijakan Pariwisata Berkelanjutan

“Kita tidak bisa menghindari bahwa dengan terhentinya kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun domestik menjadi sangat berdampak pada perekonomian pariwisata kita. Bidang jasa maupun pelayanan kepariwisataan terhenti,” kata Direktur Utama, BOPLF, Shana Fatina dihubungi VIVAnews.

Badan Otorita atau BOPLBF sendiri sejak pertengahan Maret 2020 mulai memantau tren penurunan kunjungan wisatawan di Labuan Bajo dan daerah dalam zona koordinasi BOPLBF.

5 Negara Asia Tenggara Diajak Thailand Terapkan Skema ala Visa Schengen

“Ini merupakan saat yang sulit bagi industri pariwisata utamanya sektor parekraf. Faktanya sudah banyak hotel yang merumahkan karyawannya bahkan berujung PHK. Kita segera cari jalan keluarnya bersama, karena sudah pasti hal ini akan menimbulkan persoalan ekonomi dan sosial di kemudian hari. Apalagi kita masih belum bisa memastikan kapan pandemi Covid-19 ini berakhir,” ujar Shana.

Ia menambahkan, BOPLBF telah merancang skema pembiayaan untuk tiga kegiatan besar yakni Tahap Tanggap Darurat Covid-19, Stimulus Ekonomi dan Tahap Normalisasi.  

“Kalau untuk tanggap darurat turunannya itu dalam bentuk pelatihan pembuatan masker, bentuknya kita bayarin jasa tenaga penjahit untuk menjahit masker kemudian maskernya kita sumbangin lagi untuk kebutuhan di daerah,” paparnya.

Selain pembuatan masker, lanjutnya juga ada pelatihan online sesuai kuisioner yang disebarkan ke para pekerja parekraf yang terkena dampak Covid-19.

“Kemarin ada 29 pelatihan yang coba kita sebarkan ke teman-teman parekraf yang terdampak kita lagi tunggu nih dari teman-teman untuk kebutuhannya itu yang mana yang mau duluan. Kemarin yang diawal itu paling banyak adalah pelatihan tour guide online,” sambungnya.

Kedua, Stimulus Ekonomi untuk pelaku parekraf yang berfokus pada dukungan aktivitas dan ekonomi kepada industri, komunitas, dan masyarakat di bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang diharapkan bisa secepatnya terlaksana hingga akhir 2020.

“Aktivitas-aktivitas yang disupport dari anggarannya BOP misalkan penyiapan capacity bussiness training buat SDM-SDMnya dan segala macam jadi modelnya seperti itu. Kita siap membantu sektor parekraf secara spesifik ya kalau pemerintah pusat kan secara umum tuh, masyarakat rentan terdampak dan segala macam kami kan khusus untuk sektor parekraf seperti itu,” tuturnya.

Ketiga, lanjut Shana yakni Tahap Normalisasi atau recovery dalam bentuk padat karya yang diperkirakan bisa dilakukan tahun depan (2021).

“Nah kalau ini kemungkinan bisa dilakukan setelah masa tanggap darurat jadi misalkan bentuknya kita ramai-ramai bersihin Kampung Ujung, Kampung Tengah ada gerakan bersih sehat aman sesuai sapta pesona tapi konteksnya kita padat karya langsung melibatkan masyarakat,” terangnya.

Labuan Bajo prioritas

Dijelaskan Shana, porsi penanganan untuk semua kabupaten ditentukan berdasarkan permintaan dari wilayah koordinasi dan sejauh ini Manggarai Barat yang lengkap berdasarkan simpul parekraf by name by adress.

“Ya, sampai sejauh ini memang yang mendaftar yang melaporkan diri yang terkena dampak mayoritas di Manggarai Barat jumlahnya mencapai 1.500 orang,” sebutnya.

Pada masa tanggap darurat ini BOPLBF menargetkan membuat 7.000 masker untuk dibagikan di Manggarai Barat.

“Kita target 7.000 pertama ini coba di Labuan Bajo dulu kalau ini selesai kita secepatnya ke tempat lain seperti di Kabupaten Nagekeo PKK nya bikin juga. Nah kalau ada permintaan kita akan support lagi kita bisa tambahkan anggarannya,” imbuhnya.

“Intinya kita prototyping Labuan Bajo dulu karena mereka yang paling banyak melapor ke kami dan jumlahnya paling besar. Jadi kita fokus Labuan Bajo aja dulu nanti kalau misalkan ada permintaan kita akan support tempat yang lain juga dan menambah anggaran,” cetusnya.
 
Laporan Jo Kenaru/ Manggarai Barat-NTT

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya