BI Pede Defisit Transaksi Berjalan 2020 di Bawah 2 Persen

Suasana pelabuhan peti kemas.
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengaku optimis bahwa defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) pada tahun ini, akan berada di bawah 2 persen dari produk domestik bruto atau PDB.

BI Catat Uang Beredar Maret 2024 Rp 8.888 Triliun, Naik 7,2 Persen

Sebab, berdasarkan data kuartal I-2020, angka CAD sebesar US$3,9 miliar atau 1,4 persen dari PDB, jauh lebih rendah dari defisit pada kuartal sebelumnya yang mencapai US$8,1 miliar atau setara 2,8 persen dari PDB. 

"Penurunan CAD itu dipengaruhi oleh peningkatan surplus neraca perdagangan barang, disertai dengan penurunan defisit neraca jasa dan neraca pendapatan primer," kata Perry dalam telekonferensi, Kamis 28 Mei 2020.

Suku Bunga BI Naik, Apindo Ungkap 3 Tantangan Ini Hantui Pengusaha

Perry menjelaskan, perbaikan surplus neraca perdagangan barang disebabkan oleh penurunan impor, seiring dengan permintaan domestik yang melambat. Sehingga, hal itu mengurangi dampak penurunan ekspor akibat kontraksi pertumbuhan ekonomi dunia. 

"Ini mengkonfirmasi bahwa CAD kita lebih rendah dari 1,5 persen (dari PDB), dan perkiraan kami tahun ini akan tetap terkendali di bawah 2 persen dari PDB," ujar Perry.

BI Bolsters Rupiah Stability with Interest Rate Hike to 6.25 Percent

Perry memaparkan, beberapa faktor yang mendukung terjadinya CAD adalah ekspor sedikit mengalami peningkatan, tapi faktor lain berupa penurunan impor juga memang lebih besar di kuartal I-2020 tersebut.

Dia menjelaskan, defisit neraca jasa juga membaik akibat dipengaruhi oleh penurunan defisit jasa transportasi, yang sejalan dengan penurunan impor barang. Hal itu terjadi di tengah penurunan surplus jasa travel akibat berkurangnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia.

Di samping itu, perbaikan defisit neraca pendapatan primer sejalan dengan aktivitas ekonomi domestik, yang juga turut mendorong penurunan defisit transaksi berjalan. 

"Dampak dari covid-19 ini menurunkan devisa masuk dari sektor pariwisata, karena ada pembatasan aktivitas, tapi juga diimbangi dari penurunan turis domestik yang keluar," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya