Gita Wirjawan: Ekonomi Pasca Covid-19 Lebih Lambat dan Tantangan Berat

Mantan Menteri Perdagangan GIta Wirjawan
Sumber :
  • Instagram @gwirjawan

VIVA – Menteri Perdagangan periode 2011-2014, Gita Wirjawan mengungkapkan sejumlah risiko negatif yang akan memengaruhi ekonomi dunia, jika pandemi virus corona (covid-19) pada akhirnya betul-betul bisa dihadapi dan berakhir. 

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Gita mengatakan, risiko utama yang masih akan dihadapi sejumlah negara, termasuk Indonesia adalah melambatnya pertumbuhan ekonomi karena masih rendahnya agregat demand atau daya beli di seluruh belahan dunia.

"Karena turunnya agregat demand atau daya beli diseluruh dunia. Sudah turun saat ini dan kelihatannya enggak akan bisa naik lagi sebelum atau pra-covid," kata dia dalam acara webinar Buka Suara VIVAnews bertajuk New Normal: Bisakah Bangkitkan Ekonomi RI, Selasa, 9 Juni 2020.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Di luar itu, Gita mengungkapkan, juga akan terjadinya penurunan produktivitas karena disrupsi terhadap rantai pasok yang terjadi di negara-negara ekonomi besar seperti Tiongkok ataupun seluruh dunia. Di samping adanya peningkatan polarisasi antara dua ekonomi besar Amerika Serikat dan Tiongkok. 

"Ini sudah mulai kelihatan gonjang-ganjing antara mereka dalam penanganan Hong Kong, Laut China Selatan, Jepang, India dan tensi perdagangan yang semakin meruncing ya," tegas dia.

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

Hal itu, menurut Gita, akan beriringan dengan terjadinya peningkatan proteksionisme atau aspirasi masing-masing negara untuk menjadi bagian dari deglobalisasi rantai pasok. Serta meningkatnya divergensi antara pasar uang atau modal dan perekonomian riil.

Di samping tekanan dari sisi-sisi tersebut, Gita juga memperkirakan lonjakan utang dari sisi negara, korporasi hingga individu akan terjadi kenaikan pesat. Sebab, untuk membangkitkan kembali perekonomian membutuhkan dana atau stimulus ekonomi yang lebih besar dari kapasitas fiskal yang dimiliki.

Akan tetapi, Gita menganggap, kondisi-kondisi yang tercipta itu akan membuat berubahnya model bisnis ke arah virtual ataupun digital. Industri yang tidak mampu beradaptasi dengan kondisi itu dipastikannya tidak akan mampu bangkit.

"Kita mau jual, komunikasinya harus dari pipa digital. Kalau begitu itu akan lebih unggul dibanding siapapun yang enggak bisa adaptasi. Banyak di Indonesia saya kira yang enggak bisa adaptasi dan kelihatan agak-agak terpuruk, semakin enggak bisa adaptasi mereka akan semakin terpuruk," tegas Gita.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya