CEO Nike Umumkan Bakal Ada PHK Besar-besaran pada Karyawannya

Sepatu Nike Tiempo Totti X Roma
Sumber :
  • Twitter/@Totti

VIVA – CEO Nike John Donahoe mengumumkan bahwa perusahaannya mempunyai pendapatan yang surat pada periode ini. Bahkan, dengan kondisi tersebut John telah mengirimkan surat elektronik kepada karyawan untuk memperingatkan bahwa PHK akan datang.

Bumi Resources Raih Laba Bersih US$67,63 Juta di Kuartal I-2024

Dilansir dari CNBC, pada Sabtu 27 Juni 2020, pendapatan Nike dilaporkan terus alami penurunan, bahkan penjualannya tercatat turun hingga 38 persen dengan kerugian bersih mencapai US$790 juta pada kuartal IV-2019 lalu.

Kondisi tersebut, juga telah membuat Nike menutup sejumlah toko besarnya di seluruh dunia. Dan atas kondisi pendapatan tersebut Nike juga harus mengalami kegagalan kedua pendapatannya selama delapan tahun terakhir. 

Sang Anak Minta Transfer Uang ke Jemaat, Sumber Penghasil Pendeta Gilbert Jadi Sorotan

"Kami akan segera dipaksa untuk membuat beberapa pilihan sulit yang kemungkinan akan menghasilkan pengurangan pekerjaan," kata John dalam email yang dikirim langsung kepada karyawannya.

Adapun PHK yang akan dilakukan Nike diperkirakan datang dalam dua gelombang, yaitu pada Juli dan pada musim gugur. Berapa banyak orang terkena dampak belum diketahui, dan Nike saat ini memiliki 76.700 karyawan.

10 Negara Bagian Amerika Serikat dengan Standar Hidup Terburuk, Berjuang Melawan Kemiskinan

Sementara itu, John berkomitmen atas upaya PHK tersebut pihaknya akan melalui praktik pesangon yang bijaksana, konsisten dengan nilai-nilai perusahaan. Selain itu, diharapkan PHK ini tetap membuat karyawan tetap kompetitif.

Fokus Digitalisasi

Sedangkan, untuk tetap mempertahankan perusahaan, John mengatakan pihaknya akan fokus pada penghematan biaya dan dana penghematan itu akan dikeluarkan untuk melakukan investasi ke sektor prioritas perusahaan.

Sebab, katanya meski alami pemerosotan pendapatan, perusahaan pakaian olahraga itu masih memiliki titik terang penjualan digital yaitu melonjak sebesar 75 persen atau 30 persen dari total bisnis dengan nilai mencapai US$5,5 miliar pada 2019.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya