Indonesia Diundang OECD Bicara Pangan

VIVAnews - Ke depan, dunia akan menghadapi masalah serius dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan daya beli global, dunia harus mampu memproduksi 50 persen lebih banyak pangan di tahun 2030 dibandingkan pasokan tersedia saat ini dan harus memproduksi dua kali lipat lebih banyak pangan di tahun 2050. Di sisi lain, sumber daya untuk memproduksi semakin terbatas.

Hal itu diungkapkan Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi dalam pertemuan menteri-menteri pertanian dari 39 negara yang tergabung dalam Organisasi Dunia untuk Ekonomi dan Kerjasama Pembangunan (OECD) di Paris, Perancis, 25-26 Februari 2010. Menurut Bayu, negara-negara produsen besar menginginkan pasar yang lebih terbuka untuk menjawab tantangan itu.

"Di sisi lain negara-negara konsumen menganggap perlunya pengembangan produksi di dalam negeri. Dalam hal ini diakui volatilitas pasar pangan dunia akan semakin tidak menentu dan akan berpengaruh terhadap produsen maupun konsumen pangan," katanya mewakili Indonesia yang diundang bersama China, India, Brasil dan Afrika Selatan dalam acara itu karena dinilai berperan penting.

Selain masalah ketahanan pangan, dalam pertemuan menteri-menteri pertanian dari 39 negara yang digelar di Paris, Perancis pada 25-26 Februari lalu, juga membahas masalah global lainnya, yakni mengenai degradasi lingkungan dan kemiskinan.

Menurut Bayu, air dipandang menjadi faktor penentu dalam produksi pangan global. Air telah menjadi pembatas serius dibanyak bagian dunia. Perubahan iklim juga telah menambah serius masalah air tersebut. Situasi perubahan lingkungan juga terkait dengan kontribusi pertanian terhadap emisi gas rumah kaca dari pertanian, yang mencapai 14% dari total emisi GRK global, nomor 4 setelah energi (26%), industri (19%) dan kehutanan (17%).

"Oleh sebab itu, produksi pangan harus dilakukan dengan pendekatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim menggunakan kerangka 'green growth economy," kata Bayu dalam pernyataan tertulis ke VIVAnews.

Dalam pertemuan tersebut, Indonesia yang mengusulkan tentang kebutuhan investasi besar di bidang infrastruktur pertanian, pengembangan teknologi, dan pembukaan lahan baru mendapat perhatian serius peserta pertemuan, termasuk masih terbukanya investasi pangan di Indonesia.

"Pandangan Indonesia tentang pentingnya mencermati keterkaitan pasar uang, pasar modal, dan pasar komoditi juga mendapat dukungan dari beberapa negara, terutama kaitannya dengan spekulasi dan dampaknya pada fluktuasi harga komoditi," kata Bayu.

Akhirnya, pertemuan Menteri-Menteri Pertanian OECD menegaskan pesan politik yang jelas bahwa pangan dan pertanian memiliki peran signifikan dalam ekonomi dan pembangunan negara negara peserta. "Dan diperlukan kesungguhan  untuk penanganan ketahanan pangan dan pembangunan pertanian termasuk mereka yang bertanggung jawab dibidang pembangunan ekonomi," ujarnya.

3 Skenario Timnas Indonesia U-23 Tembus Olimpiade 2024
Salshabilla Adriani.

Diisukan Jadi Orang Ketiga, Salshabilla Adriani Ngaku Udah Ngobrol Sama Syifa Hadju-Rizky Nazar

Menyadari posisinya kini tengah menjadi sorotan, Salshabilla Adriani memberikan klarifikasi yang menyatakan bahwa ia tidak menyangka tiba-tiba terseret gosip miring.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024