- VIVAnews/Agus Dwi Darmawan
VIVAnews - Kementerian Keuangan mulai menghitung asal, perlunya tambahan subsidi untuk bahan bakar fosil (BBM). Tambahan subsidi ini diperlukan, mengingat tren konsumsi BBM yang terus meningkat.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengakui, tengah mengevaluasi ruangan yang mungkin untuk menambah subsidi itu.
"Sebab konsumsi subsidi yang diperkirakan 36,5 juta itu kelihatannya konsumsinya bisa lebih tinggi dari itu dan itu mengkhawatirkan," kata Agus di Kementerian Keuangan, Selasa malam, 6 Juli 2010.
Tentunya, bila konsumsi telah lebih tinggi dari 36,5 juta, Kementerian Keuangan sebagai bendahara umum negara perlu mempersiapkan subsidi tambahan.
"Ya, nanti kalau memang konsumsi lebih tinggi, tentunya akan ada subsidi tambahan," kata Agus.
Namun besarnya tambahan subsidi itu sampai seberapa besar, Agus masih belum bisa menyampaikan. Tapi, kata dia, ruang untuk menambah subsidi itu dimungkinkan dalam APBN (anggaran pendapatan belanja negara) karena realisasi harga minyak sampai sekarang masih dibawah asumsi.
"Asumsi kan harga minyak US$80 per barel, sedangkan realisasasi baru US$72-73 per barel, jadi masih ada room (untuk menambah subsidi)," ujaranya. Tambahan juga bisa berasal dari cadangan risiko fiskal untuk subsidi energi. (sj)