- Antara/Prasetyo Utomo
VIVAnews - DBS berpendapat bahwa masuknya aliran modal asing ke Indonesia sejauh ini belum menggelembung (bubble) atau masih batas wajar. Kepala Ekonom dan Direktur Pelaksana untuk Riset Ekonomi dan Mata Uang DBS, David Carbon berpendapat, bubble belum muncul karena Indonesia masih membutuhkan guyuran dana.
Sedangkan mengenai tingginya inflasi, David berpendapat masih pada tingkat wajar.
"Pertumbuhan ekonomi Asia masih bagus dengan likuidnya uang negara Eropa dan Amerika Serikat. Sebagai konsekuensinya, banyaknya capital inflow (aliran modal masuk, seperti ke Indonesia)," kata David di Grand Hyatt, Jakarta, Rabu 7 Juli 2010.
Tapi tak hanya tahun ini, ancaman inflasi juga terus meningkat pada tahun depan. "Tahun depan, saat inflasi lebih tinggi lagi itu (bubble) akan menjadi isu kembali. Hong Kong saja mulai menyebut masalah properti yang naik di luar batas kewajaran," katanya.
David mengatakan, untuk mengantisipasi ancaman bubble, pemerintah perlu menaikkan suku bunga. Hal ini penting untuk mengimbangi inflasi yang terlalu berlebihan. Ia mencontohkan kebijakan itu seperti yang dilakukan oleh Malaysia dan Singapura.
"Malaysia dan Singapura juga memberlakukan kenaikan suku bunga, walau pada saat krisis lalu mereka menghentikan kenaikannya," ujar dia.
Selain inflasi, pemerintah juga diminta memperhatikan suatu wadah mengalirkan capital inflow yang masuk ke Indonesia. Karena bubble akan muncul akibat dana tersebut tidak dikelola secara baik.
"Jangan biarkan uang yang masuk itu disimpan di bank. Perlu ada yang menyalurkan kepada pengusaha-pengusaha. Selain bisa mengempiskan bubble ini, bisa juga memajukan sektor riil di Indonesia," katanya.