- VIVAnews/Tri Saputro
VIVAnews - Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Firmanzah mengingatkan semua pihak terkait masih lemahnya pertahanan ekonomi Indonesia.
Menurut Firmanzah, banyak aspek tak terukur yang kini lepas dari pengawasan pemerintah, meski dia mengakui banyak keberhasilan yang telah dicapai.
"Sekarang itu, kajian ala Pentagon Amerika Serikat, belum ada," kata Firmanzah di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin 9 Agustus 2010. Kajian itu, misalnya bagaimana soal cadangan energi nasional dan beras terhadap ketahanan pangan.
"Sekarang yang baru dilihat baru pasokan dan demand, sementara sistematisnya belum ada," kata Firmanzah.
Padahal dengan mengglobalnya perekonomian saat ini, Indonesia cukup rentan terhadap bahaya serangan ekonomi. Ia mengibaratkan negara ini seperti tubuh yang imunitasnya tidak terpelihara, sehingga rawan terhadap serangan virus.
"Terkiat sistem imunitas kita, analisa kebijakan publik soal KPI (key perfomance indeks) ini semuanya menyangkut pertahanan," kata dia.
Ia mencontohkan bagaimana soal pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih didominasi konsumsi, sedangkan pemenuhannya dari impor. "Ancaman itu tidak selalu berbentuk senjata," katanya.
Karena itu, program percepatan infrastruktur yang diluncurkan Kantor Menko Perekonomian juga memiliki kajian pertahanan. "Jadi nanti tidak hanya multiplayer ke angkatan kerja dan pengangguran, tapi bagaimana KPI itu mengurangi konflik horizontal, dan keresahan masyarakat," katanya. (hs)