- VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis
VIVAnews - Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan fluktuasi rupiah terjadi karena ada kekhawatiran kondisi ekonomi dunia. BI memperkirakan sepanjang tahun, rupiah akan berada di level Rp9.100 per dolar Amerika Serikat.
Hal ini dikatakan Darmin usai Upacara Penyematan Tanda Kehormatan RI di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat, 13 Agustus 2010. "Itu karena persoalan data ekonomi. Kalau ekonomi dunia dianggap mengkhawatirkan pasti rupiah melemah. Tapi kalau normal rupiah kuat. Semua mata uang di dunia ini rentan," kata Darmin.
Darmin kemudian meminta agar masyarakat tidak terlalu terpengaruh dengan perubahan kurs rupiah. BI akan menjaga rata-rata kurs rupiah sebesar Rp9.130 sepanjang tahun ini.
Menurut Darmin, apa yang terjadi beberapa hari ini merupakan anomali. Beberapa hari ini rupiah melemah meski cenderung mengalami tren penguatan.
Data ekonomi, khususnya di Amerika Serikat pun menunjukkan hasil yang mengecewakan. Biasanya dalam kondisi normal, mata uang dolar melemah dan rupiah menjadi menguat.
"Kalau sedang melemah cari mata uang yang paling kuat. Kalau kondisi normal malah rupiah menguat. Itu yang terjadi sekarang. Tidak usah terlalu terpengaruh dengan perubahan rupiah," ujar Darmin yang baru saja mendapatkan Tanda Jasa Bintang Mahaputera Utama.
BI memprediksi rupiah akan berada di level Rp9.150 hingga akhir tahun. Namun rupiah bisa menguat di level Rp9.100. Apalagi cadangan devisa bertambah menjadi US$80 miliar dari posisi akhir Juli US$78,8 miliar. (hs)