Kebun Binatang Surabaya

Kucing Duduk Santai di Kandang Harimau Mati

Memberi kacang pada siamang di Kebun Binatang Ragunan
Sumber :
  • Antara/ Aldino Anatusa

SURABAYA POST - Udara sejuk seketika menyergap ketika Surabaya Post masuk ke Kebun Binatang Surabaya (KBS), Minggu 15 Agustus sore. Meski letaknya di tengah kota Surabaya yang terkenal akan ketebalan polusinya, pohon-pohon berumur puluhan tahun yang dalam area KBS  mampu menyaring udara yang masuk.

Tak seperti hari libur biasanya, pada Hari Minggu pertama di bulan Ramadan kemarin, kebun binatang dengan jumlah hewan terbanyak di Asia Tenggara ini terlihat lengang.

Parkir sepeda motor yang biasanya meluber hingga ke depan patung Sura dan Buaya, kemarin tidak tampak. Lahan parkir motor resmi milik pengelola yang ada di dalam kompleks KBS pun tampak longgar.

Masuk ke dalam KBS, suasana lengang juga langsung terasa. Hanya ada beberapa anak kecil yang berlarian dan bermain di areal taman bermain anak yang ada di sisi utara KBS. Tidak tampak keluarga bergelombol menggelar tikar yang merupakan “pemandangan wajib” pada hari libur di kebun binatang ini.

“Sepi, maklumlah, Hari Minggu pertama puasa. Nanti kalau dekat Lebaran dan setelah Lebaran biasanya banyak (pengunjungnya),” kata seorang wanita yang bertugas memasangkan tiket berbentuk gelang kertas kepada setiap pengunjung.

Bau tak sedap dari kotoran binatang langsung menusuk hidung ketika menyusuri kebun binatang seluas 15 hektare ini. Salah satu nilai minus yang cukup mengganggu pengunjung tersebut karena kandang yang terkesan kumuh dan jarang dibersihkan.

Selain bau tidak sedap, pemandangan umum di kebun binatang yang dibangun sejak zaman kolonial Belanda ini relatif kotor dan tidak terawat, terutama di kandang hewan.

Di kandang burung ibis, misalnya, kotoran tampak memenuhi lantai kandang dari tanah berpasir. Tempat makanan berupa baskom kotak berbahan plastik warna hijau tampak menghitam dipenuhi kotoran. Isi makanannya, tidak terlihat.

Penghuni kandang tersebut bahkan beterbangan kesana kemari, termasuk hinggap di tempat sampah, mengais sisa makanan.
Kolam yang disediakan untuk mandi burung-burung berbulu putih itu pun airnya terlihat menghitam seperti air comberan.

Mengenali binatang di kebun binatang ini juga bukan perkara mudah. Papan penunjuk keterangan satwa banyak yang sudah berkarat dan catnya mengelupas. Nilai edukasi KBS pun terkurangi karena pengunjung kesulitan memahami binatang apa yang sedang diamatinya.

Meski di beberapa sudut --seperti di dekat kandang hewan buas-- pagar untuk pengunjung terlihat dicat ulang, namun secara umum keadaan kandangnya sendiri mengenaskan. Besi-besi kandang tidak sedikit yang berkarat, lantainya penuh bekas makanan yang langsung menimbulkan kesan jorok begitu melihatnya.

Dari beberapa kandang hewan buas seperti harimau dan jaguar tidak tampak penghuninya. Bahkan di kandang harimau Sumatera yang mati Sabtu lalu, seekor kucing duduk santai di dalamnya.

Di ruang akuarium, suasana seram kental terasa. “Gelap, seperti wahana rumah hantu yang ada di taman-taman wisata,” kata Wahyuni, salah seorang pengunjung.

Lampu-lampu penerangan untuk papan nama satwa banyak yang mati, bisa jadi karena tangan jahil atau memang sengaja dibiarkan seperti itu oleh pengelola lantaran tak ada biaya untuk menggantinya.

Di areal akuarium air tawar, beberapa ikan kecil bahkan terlihat mengambang kaku di atas air. Sementara di ruangan akuarium air asin, hanya satu buah pendingin udara yang diaktifkan dari 9 buah yang tersedia.

Secara umum, keadaan KBS memang jauh dari kata ideal. Masalah semakin runyam lantaran banyak pihak berebut mengelola lahan ini.

Denny Sagita

Indonesian Rupiah Exchange Rate Increases
Juru Bicara MK, Fajar Laksono.

MK Sebut Sidang Sengketa Pileg Dimulai 29 April 2024

Mahkamah Konstitusi (MK) menyebut sidang perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) untuk calon anggota legislatif atau sengketa Pileg 2024 bakal dimulai 29 April 2024.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024