- Antara/ Widodo S Jusuf
VIVAnews - Dalam tempo enam tahun sejak 2004, saat pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono mulai memimpin, jumlah utang pemerintah telah meningkat sebesar Rp 326 triliun. Pada 2004, jumlah utang pemerintah masih Rp1.300 kemudian naik menjadi Rp1.626 triliun hingga Juli 2010.
Namun, dalam periode yang sama, pemerintah SBY sukses menurunkan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Bahkan, penurunan terjadi secara tajam dari 57 persen pada 2004 menjadi 28 persen pada 2010.
Data statistik terbaru soal utang pemerintah yang dirilis oleh Pusat Manajemen Obligasi Kementerian Keuangan pada Agustus ini menyebutkan penambahan utang pemerintah telah menghasilkan tambahan PDB jauh lebih besar. Akibatnya, rasio utang terhadap PDB telah menurun secara signifikan.
Dalam pidatonya di hadapan DPR pekan lalu, Presiden SBY mengungkapkan akan menggunakan sumber-sumber pembiayaan defisit anggaran, baik dari dalam dan luar negeri. Pembiayaan itu mengacu pada sumber dana yang stabil dan berkelanjutan, serta beban dan risiko seminimal mungkin.
"Sumber utama pembiayaan dalam negeri, akan tetap berasal dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN)," kata Presiden. Sedangkan, sumber pembiayaan luar negeri akan berasal dari penarikan pinjaman luar negeri, berupa pinjaman program dan pinjaman proyek.
Dengan langkah-langkah itulah, Presiden berjanji mengupayakan penurunan rasio utang Pemerintah terhadap PDB dari sekitar 27,8 persen pada akhir 2010 menjadi sekitar 26,0 persen pada akhir 2011.
Penurunan rasio utang Pemerintah terhadap PDB, Insya Allah dapat memperkuat struktur ketahanan fiskal sejalan dengan tujuan Pemerintah untuk mencapai kemandirian fiskal yang berkelanjutan. "Inilah bagian dari upaya kita untuk memelihara ketahanan ekonomi."
Akhirnya Letkol Danu Resmi Jadi Komandan Pasukan Tengkorak Kostrad TNI Gantikan Raja Aibon Kogila
Serah terima baru saja dilaksanakan di lapangan Sadelor.
