VIVAnews- Rasio penerimaan perpajakan terhadap PDB (tax ratio) Indonesia tidak bisa serta merta dibandingkan secara langsung dengan rasio pajak di negara lain. Hal itu dikarenakan perhitungan yang berbeda.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan hal itu dalam Sidang Paripurna membahas RUU APBN 2011 di DPR Jakarta Selasa 31 Agustus 2010.
Menurut dia, di Indonesia, perhitungan tax ratio hanya mencakup penerimaan perpajakan pusat tanpa memperhitungkan penerimaan pajak daerah dan penerimaan sumber daya alam, sebagaimana diterapkan di negara lain. "Karena itu, tax ratio 2011 berada di kisaran 12-13 persen atau lebih rendah dibandign negara lain."
Agus mengingatkan sesungguhnya perkembangan penerimaan perpajakan dari tahun ke tahun menunjukkan perbaikan. Dalam periode 205-2009 penerimaan perpajakan mengalami pertumbuhan rata-rata 15,6 persen. Dari sisi volume, penerimaan perpajakan juga meningkat dari Rp1.034,1 triliun dalam periode 2000-2004 menjadi Rp2.535,8 triliun dalam periode 2005-2009.
Sementara kontribusi penerimaan perpajakan terhadap pendapatan negara dan hibah meningkat dari 70,1 persen pada 2005 menjadi 73 persen pada 2009 dan diharapkan mencapai 77,3 persen pada 2011.
Penerimaan perpajakan tahun depan diperkirakan mencapai Rp839,5 triliun atau meningkat 12,9 persen dari APBN-P 2010.
Untuk mencapai sasaran itu akan dilakukan langkah optimalisasi penggalian potensi pajak mengingat terdapat potensi penerimaan perpajakan yang hilang seperti Biaya Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dan sebagian PBB sektor pedesaan dan perkotaan, serta kondisi perekonomian yang belum sepenuhnya pulih.
Perbasi Apresiasi Sukses Pelita Jaya Tembus Babak Utama BCL Asia
PP Perbasi mengapresiasi tim Pelita Jaya Bakrie Jakarta yang berhasil lolos ke babak utama Basketball Champions League (BCL) Asia 2024.
