Currency War Layaknya Perang Tarif Era 40-an

Tumpukan uang rupiah
Sumber :
  • Antara

VIVAnews -Perang nilai tukar (currency war) antara Bank Sentral Amerika Serikat dengan negeri China kian sengit. Bank Indonesia (BI) menilai bahwa perang itu tidak akan menguntungkan satu negara pun.

Kuota Eropa Lengkap! Berikut 24 Tim yang Pastikan Tiket ke Piala Dunia Antarklub 2025

Itu sebanya BI mengajak negara-negara di Asia agar tidak terlibat dalam perang yang sama, atau perang nilai tukar sesama negara Asia. Perang antara kedua negara itu, begitu penilaian BI, sudah seperti perang tarif pada era 1930-1940-an.

"Bank Indonesia tidak ingin terjadi currency war, karena tidak menguntung bagi negara mana pun," kata Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah di sela 8th Bank Indonesia Annual International Seminar di Hotel Mulia, Jakarta, Jumat 22 Oktober 2010.

Halim mengutip, Deputi Gubernur Bank Thailand Bandid Nijathaworn, yang menegaskan bahwa permasalahan currency war yang saat ini terjadi tidak bisa diselesaikan oleh salah satu negara.

"Indonesia perlu bersama negara berkembang lain menyatukan langkah dan sikap agar jangan sampai melakukan perang nilai tukar," kata Halim.
Halim mengatakan bahwa pembicaraan mengenai kebijakan nilai tukar China akan dibahas pada pertemuan negara-negara G20.

Senada dengan Halim, Head of Office of Regional Economic Integration Asia Development Bank, Filipina, Iwan J Aziz mengatakan perang nilai tukar antara China dan AS sebetulnya bisa diturunkan dengan adanya inisiatif global.

Salah satu caranya adalah dengan menandatangani komitmen bersama di antara negara-negara berkembang di Asia untuk koordinasi terkait posisi mata uangnya.

Sebagai anggota G20, Indonesia sebenarnya dinilai bisa mengambil inisiatif dalam hal currency war dalam forum G20 bulan depan di Korea Selatan.

Iwan menuturkan, perang mata uang yang berpusat di China sebetulnya bersumber dari kebijakan pemerintah China yang membiarkan pelemahan Yuan. Hal itu diperkuat dengan makin derasnya capital inflow yang membanjiri negara-negara emerging market.

"China saat ini ditekan agar membiarkan penguatan Yuan. Namun, China takut karena kalau Yuan dibiarkan kuat, ekspor dia bakal kalah sama negara-negara lain. China hanya mau melakukan itu jika negara lain juga melakukan hal yang sama," kata Iwan.

Jadwal Mobil SIM Keliling DKI Jakarta, Bogor, Bandung Jumat 19 April 2024
Ilustrasi depresi/stres.

Jadi Gampang Sakit, Benarkah Stres Mempengaruhi Sistem Imun?

Stres adalah respons alami tubuh terhadap tekanan atau tuntutan dalam hidup. Hal ini dapat dipicu oleh berbagai faktor, seperti pekerjaan, hubungan atau masalah keuangan.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024