- Antara/ Audy Alwi
VIVAnews - Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Zainul Majdi memimpin salat gaib berjamaah di Masjid Kantor Gubernur NTB. Salat gaib dan doa bersama itu dilakukan sebagai wujud keprihatinan atas musibah yang terjadi di berbagai daerah.
Gempa yang melanda Indonesia tersebut mulai dari banjir bandang di Wasior, Papua Barat, lalu gempa yang diikuti tsunami di Sumatera Barat, kemudian letusan Gunung Merapi di Jawa Tengah, dan banjir yang melanda Jakarta.
Usai menggelar salat gaib yang diikuti sejumlah pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan NTB, Gubernur langsung mengintruksikan agar seluruh masjid di NTB menggelar salat yang sama. "Musibah yang terjadi di sejumlah daerah di Indonesia merupakan teguran Allah atas tingkah laku kita. Maka kita harus ikhlas dan berusaha memperbaiki diri," kata Gubernur di Mataram, Rabu 27 Oktober 2010.
Dalam kesempatan itu Zainul Majdi menyatakan duka cita atas jatuhnya korban baik di Mentawai maupun di bencana Merapi. Menurutnya NTB, sebagai daerah kepulauan, juga berpotensi terkena musibah. Untuk itu dia meminta semua masyarakat NTB untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan. "Kita juga punya dua gunung berapi yakni Rinjani dan Tambora. Jadi potensi itu masih ada dan kita harus siap," kata dia di hadapan warganya.
Tidak hanya itu, Gubernur juga menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya wartawan VIVAnews.com, Yuniawan Wahyu Nugroho, yang meliput peristiwa Letusan Gunung Merapi di Jawa Tengah. Dia menegaskan perkembangan ilmu dan tekhnologi sejauh ini belum dapat memprediksi terjadinya musibah.
Seperti diketahui beberapa waktu lalu wilayah NTB juga pernah diguncang gempa, diterpa angin puting beliung dan banjir. Secara geografis, NTB termasuk sebagai daerah yang rawan terkena musibah. "Maka itu Pemda NTB akan menyiapkan berbagai hal untuk mengantisipasi terjadinya musibah di wilayah kita," ujar Majdi.
(Laporan: Edy Gustan|NTB, umi)
Anggota DPR Salut Kejagung Berani Usut Dugaan Korupsi di Sektor Tambang
Keberanian Kejagung itu karena seperti mengusut dugaan kasus tambang yang merugikan negara hingga ratusan triliun rupiah.
