- VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis
VIVAnews- Naiknya harga minyak mentah dunia membuat Pertamina menaikkan harga Pertamax. Hal ini akan lebih memberatkan masyarakat terutama jika larangan premium jadi diberlakukan tahun ini.
Naiknya harga Pertamax tidak membuat pemilik Stasiun Bahan Bakar Umum (SPBU) khawatir bakal kehilangan pelanggan jika Pertamax terus naik.
Kepala SPBU Halim No 34.13605, Rudi, juga mengaku tidak terlalu khawatir dengan kompetitor seperti Shell, Petronas, dan Total. Alasannya, masyarakat lebih mengenal Pertamina sebagai produk dalam negeri.
"Kami tidak takut karena masyarakat memiliki rasa nasionalisme yang cukup baik, terbukti adanya kenaikan harga, mereka masih setia," ujar Rudi kepada VIVAnews di Jakarta, Senin, 3 Januari 2011.
Yang terpenting, lanjut Rudi, adalah pelayanan, yaitu dengan menjaga konsistensi dengan semboyan Pasti Pas dan 3 S (Senyum, Sapa, Salam).
Menurutnya, pelayanan plus-plus yang diberikan pesaing seperti membersihkan kaca mobil saat pengisiian bahan bakar itu hanya masalah teknis. Jika terjadi antrean panjang, ia menilai hal itu bukanlah cara yang efektif.
Sementara itu, menurut Pengawas SPBU Cililitan dengan No. SPBU 31.13602, Murdianto, berpendapat kenaikan harga Pertamax hingga Rp450 per liter memberatkan semua orang. Terutama pemilik kendaraan mobil akan terasa dampaknya. "Namun kalau motor tidak terlalu terlihat dampaknya," kata Murdianto.
Untuk tetap mempertahankan pelanggan, ia menyiapkan beberapa cara seperti bekerja sama dengan beberapa bank untuk melakukan promo. Misalnya, dengan menggunakan kartu kredit dari bank tertentu setiap pengisian minimal Rp100 ribu akan mendapatkan tambahan langsung 1 liter.
Cara lain adalah dengan memisahkan dispenser premium dengan dispenser Pertamax. Hal ini untuk mengantisipasi antrian pada pengguna premium.
"Jadi pengguna Pertamax tidak perlu antre panjang, karena kita sediakan dispenser tersendiri," katanya. (umi)