13 Januari 2010

Ciptakan Krisis, Para Bankir AS Minta Maaf

Para eksekutif sejumlah bank utama di AS mengikuti rapat di Kongres
Sumber :
  • AP Photo/Pablo Martinez Monsivais

VIVAnews - Tepat setahun yang lalu, para pemimpin eksekutif sejumlah bank utama di Amerika Serikat (AS) meminta maaf atas bisnis mereka yang penuh risiko sehingga menciptakan krisis keuangan terburuk dalam beberapa dekade terakhir. Mereka pun berterimakasih kepada rakyat yang meminjamkan uang mereka melalui dana talangan pemerintah.

Menurut kantor berita Associated Press, penuturan mereka itu dilontarkan kepada para anggota Kongres dalam rapat di Komisi Penyelidikan Krisis Keuangan di Capitol Hill, Washington DC, Rabu 13 Januari 2010 waktu setempat. Dalam rapat itu, para wakil rakyat mencecar para bankir besar sebagai pihak yang harus bertanggungjawab menciptakan krisis, yang membawa AS ke dalam keterpurukan ekonomi.

"Kami mengerti kemarahan yang dirasakan banyak warga," kata Brian Moynihan, kepala eksekutif korporat (CEO) dan presiden Bank of America. "Kami pun bersyukur atas bantuan para pembayar pajak yang kami terima," lanjut Moynihan.

Pengakuan serupa juga diutarakan Jamie Dimon, CEO JPMorgan Chase & Co. "Kami melakukan kesalahan dan ada hal-hal yang seharusnya kami bisa lakukan lebih baik," kata Dimon. Sedangkan Chairman Morgan Stanley, John Mack, menilai bahwa krisis ini merupakan "peringatan yang kuat bagi perusahaannya."  

Para eksekutif top itu mengaku selama krisis tidak menerima bonus dan melakukan restrukturisasi internal di perusahaan masing-masing, seperti dipersyaratkan pemerintah AS untuk menerima dana talangan.

Bank-bank utama AS itu dalam setahun terakhir menerima dana talangan sebesar lebih dari US$100 miliar yang harus dikembalikan dalam jangka waktu tertentu.

Namun, penyesalan para bankir itu tidak mampu menutupi kemarahan para wakil rakyat yang tergabung dalam Komisi Penyelidikan Krisis Keuangan di Kongres. Mereka menilai para bankir masih menikmati pendapatan yang tinggi saat perusahaannya sedang krisis. Bahkan ada eksekutif yang akan menerima kenaikan gaji saat bank yang dia kelola mulai pulih.

"Rakyat sedang marah," kata Ketua Komisi Phil Angelides. "Laporan-laporan laba dan bonus saat mereka menerima bantuan pemerintah senilai trilunan dolar menjadi masalah yang sensitif saat banyak keluarga sedang berjuang untuk bertahan hidup," lanjut Anglides.

Dia menilai para bankir itu ibarat seorang makelar yang menjual mobil yang rem-nya rusak, kemudian membeli polis asuransi atas pembeli mobil itu.

Mendengar kemarahan Angelides, Lloyd Blankfein sebagai CEO Goldman Sachs mengaku menyesal. "Kami menyesal atas konsekuensi bahwa rakyat telah mengorbankan uang mereka," kata Blankfein. Namun, dia tetap menilai bahwa perusahaannya hanya menerapkan tindakan-tindakan dalam manajemen risiko. 

Terpopuler: Pengakuan Shin Tae-yong ke Ernando, Kata Pelatih Australia Usai Dihajar Timnas Indonesia
Ilustrasi perkelahian dan pengeroyokan.

Detik-detik Pelaku Dugaan Pelecehan Seksual Anak di Bawah Umur Diamuk Massa

Saat hendak diamankan, massa yang geram sempat menghakimi pelaku berulang kali hingga babak belur. Bahkan polisi sempat dibuat kewalahan dengan banyaknay massa.

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024