PwC: Asia Jadi Radar Bisnis Eksekutif Dunia

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Sumber :

VIVAnews - Para eksekutif puncak dunia menilai kawasan Asia akan terus berada dalam radar bisnis mereka dalam setahun ke depan. Hampir 90 persen dari kepala eksekutif korporat (chief executive officer/CEO) global mengharapkan operasional perusahaan mereka tumbuh dalam kawasan tersebut.

Beberapa negara yang dianggap memiliki peluang pertumbuhan tertinggi adalah
China. Selain itu, India dilihat sebagai pasar yang penting untuk pertumbuhan di
masa depan.

"Pertumbuhan negara-negara berkembang lebih cepat dibandingkan negara-negara maju," kata Market Leader PricewaterhouseCoopers (PwC) untuk kawasan China, Frank Lyn, mengutip hasil survei tahunan lembaganya bertajuk "PwC 14th Annual Global CEO Survey."

Menurut dia, banyak cerita pertumbuhan terjadi di Asia. Bahkan, China diproyeksikan menyusul Amerika Serikat sebagai negara dengan perekonomian terbesar di dunia pada 2018 yang didasarkan pada daya beli.

Selanjutnya, India akan menyusul tidak jauh di belakang. Negara ini diharapkan akan melampaui AS sebagai negara dengan perekonomian kedua terbesar di dunia pada 2050. "Jadi, pertanyaannya bukan siapa yang bertaruh di Asia, tetapi siapa yang bertaruh melawan Asia," tutur Frank Lyn.

Meski optimistis dengan proses pemulihan ekonomi global, para CEO global itu juga menunjukkan keprihatinan terhadap arah ekonomi dunia. Sekitar 89 persen CEO menyatakan kekhawatiran mereka terhadap pertumbuhan ekonomi yang tidak pasti atau tidak stabil dengan prospek bisnis mereka.

Volatilitas nilai tukar dan regulasi yang tumpang tindih juga menjadi kekhawatiran utama bagi sebagian besar CEO. Namun, eksekutif puncak di Jepang dan Australia justru tidak merasa khawatir terhadap masalah inflasi. Hanya sekitar 17 persen dan 28 persen dari hasil survei CEO dunia yang melihat inflasi sebagai masalah.

Kekhawatiran terbesar justru ditunjukkan para CEO di China (70 persen) dan India (75 persen) yang cemas terhadap dampak kenaikan harga pada konsumen untuk bisnis mereka.

Namun, dua tahun setelah masa krisis ekonomi dunia, tingkat kepercayaan para CEO di Asia Pasifik kembali tumbuh ke tingkat sebelum masa krisis. Dalam survei PwC itu disebutkan, 54 persen pimpinan eksekutif di kawasan Asia Pasifik menyatakan mereka 'sangat percaya diri' terhadap pertumbuhan dalam 12 bulan ke depan, dibandingkan dengan rata-rata respons global sebesar 48 persen.

Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya ketika hanya 40 persen CEO di Asia Pasifik yang optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi ke depan.

"Para CEO telah bangkit dari ‘mentalitas bunker’ untuk bertahan di masa resesi. Saat ini mereka melihat lagi peluang baru untuk pertumbuhan. Bahkan, dalam waktu dekat, mereka bertekad mengambil keuntungan dari kondisi ekonomi global yang membaik dan meningkatnya permintaan pelanggan," ujar Dennis M Nally, chairman PwC International.

Keyakinan para CEO itu tersebar di negara-negara kawasan Asia Pasifik. Sebanyak 88 persen CEO di India optimistis akan terjadi pertumbuhan jangka pendek, China dan Hong Kong (72 persen) serta ASEAN (60 persen).

Sekjen PKS: Kalau Pak Prabowo Datang Kita Akan Beri Karpet Merah Sebagai Presiden Pemenang

Sementara itu, CEO dari Jepang adalah negara dengan keyakinan terkecil (25 persen). Secara global, para pimpinan eksekutif di Eropa Barat tidak seoptimistis seperti di Asia. Hanya 39 persen yang menyatakan keyakinan bahwa pada akhirnya keadaan sudah mulai berbalik.

Bagaimana dengan Indonesia?
Kepala Ekonom PT Bank Danamon Tbk, Anton Gunawan, menilai, selain China dan India yang menjadi negara tujuan pertumbuhan bisnis para CEO global, Indonesia semestinya masuk dalam 10 besar radar investasi mereka.

"Kalau dilihat dari para CEO perusahaan Jepang, Indonesia termasuk negara yang menjadi sasaran investasi mereka," ujar Anton kepada VIVAnews.com.

Menurut Anton, Indonesia masih menjadi negara dengan potensi investasi yang cukup besar. Bahkan, untuk portofolio investasi, sejak tahun lalu sudah banyak masuk ke Indonesia.

"Memang untuk investasi langsung (direct investment) masih ada beberapa hambatan," tuturnya.

Meski demikian, untuk investasi langsung tersebut, Anton melanjutkan, sejumlah perusahaan dari beberapa negara Asia seperti China, Korea, Jepang, dan India juga sudah menanamkan investasinya di Indonesia. "Kalau dari Eropa dan Amerika belum banyak, karena terhambat kondisi perusahaan di negaranya masing-masing," ujarnya.

Hattrick! Pendeta Gilbert Dilaporkan Lagi soal Penistaan Agama ke Polda Metro

Selain itu, menurut dia, CEO global masih mempertimbangkan kepastian iklim investasi di dalam negeri. "Kalau dari para CEO Asia, saya masih optimis," ujarnya.

Survei CEO global oleh PwC tersebut melibatkan sejumlah eksekutif puncak dari beberapa negara. PwC melakukan 1.201 wawancara di 69 negara dalam kuartal terakhir 2010.

Perbasi Apresiasi Sukses Pelita Jaya Tembus Babak Utama BCL Asia

Dilihat dari wilayah, sebanyak 420 wawancara dilakukan di Eropa Barat, 257 (Asia Pasifik), 221 (Amerika Latin), 148 (Amerika Utara), 98 (Eropa Timur), dan 57 di Timur Tengah dan Afrika.

Negara-negara di Asia Pasifik terdiri atas Australia (40 CEO), China (39), Hong Kong (7), India (40), Indonesia (1), Jepang (75), Korea (15), Malaysia ((11), Singapura (4), Taiwan (10), Thailand (5), Vietnam (10).

Edukasi Media Center Haji 1445 H/2024

Bawa Kabar dari Tanah Suci, Peran Media Optimalkan Penyelenggaraan Ibadah Haji

Mulai persiapan penyelenggaraan ibadah haji, tata cara, hingga kesehatan serta keselamatan selama di Tanah Suci dapat disebarkan secara luas dan cepat melalui media.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024