- ANTARA/Ismar Patrizki
VIVAnews --Lebih dari dua bulan berlalu pasca erupsi Gunung Merapi, namun duka masih jelas tergambar di wajah Joko Lelono (43), warga Dusun Bakalan, Argomulyo, Sleman.
Saat menerima amplop berisi uang duka Rp6 juta, ia tak kuasa menahan haru. Air mata mengalir deras, ia sesenggukan. "Saya sedih, ingat anak saya yang meninggal terjebak di jalan saat awan panas turun," kata Joko di Balai Desa Argomulyo, Senin 31 Januari 2011.
Hari itu, Jumat 5 November 2010, Joko kehilangan tiga anggota keluarganya sekaligus. "Anak saya, perempuan, namanya Lilik, Triyono anak menantu, dan Adit Prasetya, cucu saya yang baru 3,5 tahun," tambah dia.
Dalam musibah itu, Joko juga kehilangan harta bendanya. Kini ia dan keluarga masih harus tinggal di shelter Kuwang Argomulyo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.
Untuk apa uang duka yang ia terima? "Akan saya gunakan untuk selamatan," kata dia.
Duka mendalam juga masih dirasakan Saryanta (40). Dalam musibah Merapi ia kehilangan 11 keluarga sekaligus. Ia kini sebatang kara.
"Kedua orang tua saya, istri dan dua anak saya meninggal. Juga adik dan adik ipar, kakak dan kakak ipar serta keponakan dua orang," kata dia dengan mata merah.
Rumahnya pun hancur diterjang ganasnya awan panas dan abu membara Merapi. "Saat ini saya tinggal tak menentu, terkadang di posko," kata dia.
Dengan uang duka yang ia terima, Saryanta akan memulai hidupnya yang baru. "Dana duka ini akan saya pergunakan untuk bikin rumah dan usaha," ujarnya.
Penyerahan uang duka untuk ahli waris 292 korban Merapi asal Sleman diserahkan oleh Bupati Sleman, Sri Purnomo.
"Rp6 juta per jiwa diberikan untuk korban yang meninggal baik yang terkena awan panas maupun yang meninggal di pengungsian, kita tidak membeda-bedakan, jadi semuanya sama," kata dia. "Jangan lihat dari angkanya."
Sri Purnomo menambahkan uang tali kasih tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya. Uang itu bisa digunakan untuk pemberdayaan keluarga supaya ekonomi keluarga segera bangkit.
Uang duka dengan jumlah lebih banyak diterima oleh korban erupsi pertama 26 Oktober 2010 sebanyak 40 orang. Sebuah distributor telepon genggam memberikan uang duka pada ahli waris sebanyak Rp500 ribu per korban yang meninggal.
Laporan Erick Tanjung| DIY