"Bursa Saham Anjlok, Garuda Tak Beruntung"

Maskapai penerbangan Garuda Indonesia. Foto ilustrasi.
Sumber :
  • ANTARA/Ismar Patrizki

VIVAnews - Penawaran umum saham perdana (IPO) Garuda Indonesia disinyalir bakal sepi peminat. Krisis ekonomi dan politik yang terjadi di mancanegara, serta industri penerbangan yang kurang kondusif diprediksi menjadi pemicunya.

Steve Susanto, salah satu direktur di PT UOB Kay Hian Securities berpendapat, kurang lakunya IPO saham Garuda didorong beberapa indikator.

Kala Prabowo Kenang Masa Digembleng Senior di TNI, Begini Kisahnya

Pertama, industri perseroan yang kurang menarik karena mudah terpengaruh indikator ekonomi seperti kenaikan harga minyak mentah dunia yang bisa memicu peningkatan biaya operasional Garuda.

"Terbukti, banyak maskapai penerbangan yang kolaps karena banyak utang dan bangkrut," tuturnya saat dihubungi VIVAnews.com di Jakarta, Selasa 1 Februari 2011.

Kedua, dia menambahkan, krisis politik dan ekonomi yang terjadi di mancanegara seperti yang saat ini sedang terjadi di Timur Tengah (Mesir dan Tunisia) turut memengaruhi bisnis penerbangan. "Hal itu, turut menjadi acuan pelaku pasar," kata Steve.

Sedangkan Ekonom Dradjad Wibowo mengakui, IPO saham Garuda berada dalam kondisi dan situasi yang kurang baik. "Garuda memang agak apes, tidak seberuntung KS (Krakatau Steel) dan Bank Negara Indonesia yang dilakukan memanfaatkan kondisi pasar modal yang saat itu sedang menguat (bullish). Mereka (KS dan BNI) pun bisa menikmati harga yang tinggi," ujarnya.

Sejak akhir Desember 2010, kata dia, investor asing terlihat sudah mengambil ancang-ancang akan menguji kekuatan bursa Indonesia, sekaligus melakukan aksi ambil untung (profit taking). Hal itu mengakibatkan indeks harga saham anjlok tajam pada Januari 2011, bahkan sebelum krisis Mesir.

Kendati demikian, Dradjad mengaku minat pasar terhadap IPO saham Garuda masih tinggi, walau tidak sebesar IPO KS. Pelaku pasar juga sangat sensitif terhadap harga Garuda dibanding KS. Selain disebabkan kondisi global di atas, hal itu dipicu kondisi dan bisnis perseroan saat ini.

Seorang direktur sekuritas asing juga mendengar kabar Garuda sepi peminat. "Garuda tampaknya kurang diminati. Banyak faktor penyebabnya, yang terutama timing-nya saat ini tampaknya kurang pas, baik domestik maupun global," katanya.

5 Negara dengan Militer Terkuat di Dunia, Ada Indonesia?

Sepanjang bulan Januari, bursa saham memang dalam kondisi tidak menguntungkan. Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Indonesia sudah merosot hingga 8.54 persen dalam sebulan terakhir. Pada 3 Januari 2011, IHSG masih di level 3.727,517, namun pada 31 Januari sudah berada di posisi 3.409,167.

Meski sejumlah kalangan memprediksi Garuda sepi peminat, namun BUMN ini berkeyakinan sahamnya mendapat sambutan baik dari investor. "Garuda ke depan mempunyai prospek yang baik. Saham Garuda saat ini oversubcribe (kelebihan permintaan)," kata Vice President Corporate Communications PT Garuda Indonesia, Pujobroto

Skenario Bundesliga Kirim 6 Wakil ke Liga Champions Musim Depan

Menurut dia, para investor justru mengapresiasi berbagai perkembangan yang dicapai Garuda melalui transformasi bisnis yang dilaksanakan. Garuda berhasil melakukan perubahan dari perusahaan yang tadinya mengalami kerugian, dalam tiga tahun berhasil meraih keuntungan.

Pujobroto menjelaskan pada pertengahan Januari, Garuda melakukan roadshow di beberapa kota yaitu Bandung, Surabaya, Medang, Padang, Palembang, Banda Aceh, Balikpapan, dan Makassar. Untuk roadshow di luar negeri yaitu Singapura, Hongkong, London, Boston dan New York.
"Respons terhadap Garuda sangat positif," ujarnya.

Saat ini, Garuda sedang dalam proses menuju masa penawaran umum. Masa penawaran umum perdana saham Garuda dijadwalkan pada 2, 4, dan 7 Februari 2011. (hs)

Rawon Buntut

5 Hidangan Sup Terbaik di Dunia, Rawon dan Soto Betawi Peringkat Teratas

Sup dapat dihidangkan sebagai makanan pembuka atau hidangan utama. Terdapat 5 hidangan sup yang dinilai terbaik di dunia, rawon dan, Soto Betawi ada di peringkat teratas.

img_title
VIVA.co.id
5 Mei 2024