Menkeu: Lifting Minyak Tak Capai Target

Agus Martowardojo
Sumber :
  • VIVAnews/Adri Irianto

VIVAnews - Menteri Keuangan Agus Martowardojo pesimistis target lifting minyak sebanyak 970 barel per hari bakal tercapai. Lifting atau produksi minyak siap jual tahun ini kemungkinan tidak bisa melebihi 950 barel per hari.

Wapres Ma'ruf Amin Dorong Timnas Indonesia U-23 Raih Tiket Olimpiade Paris

"Sepertinya sulit mencapai target," kata Agus usai rapat kerja dengan Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), di Senayan, Jakarta, Kamis 24 Februari 2011.

Menurut Agus, tidak tercapainya target lifting karena produksi Blok Cepu, Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang seharusnya tahun ini mundur. Alasan lain, banyak kontraktor minyak bumi dan gas yang terkena asas cabotage.

Asas cabotage merupakan ketentuan yang mengharuskan muatan domestik diangkut kapal-kapal berbendera nasional. Asas ini berlaku untuk kapal bermuatan komoditas tertentu.

"Dalam aturan hukum itu, masih ada kalangan yang menilai alat drilling perusahaan migas dianggap sebagai kapal, sehingga harus berbendera Indonesia," katanya. Walau asumsi target lifting tak tercapai, Menkeu optimistis anggaran keuangan negara masih aman.

Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), merilis, per 22 Februari 2011, rata-rata produksi minyak nasional hanya 905 ribu barel per hari. Sementara itu, produksi gas sebesar 8.662 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

Bila digabungkan, produksi minyak dan gas nasional menjadi 2,45 juta barel ekuivalen minyak per hari, melebihi target APBN sebesar 2,36 juta barel per hari. “Turunnya produksi minyak tertolong kinerja gas,” kata Kepala Dinas Humas dan Hubungan Kelembagaan BP Migas, Elan Biantoro dalam keterangan tertulis, Kamis 24 Februari2011.
 
Dia mengakui, produksi minyak mengalami banyak kendala. Setidaknya terjadi 105 kejadian yang menyebabkan kehilangan potensi produksi, seperti penghentian produksi secara tidak terduga, masalah penerima produksi, dan keterlambatan proyek. “Potensi kehilangan mencapai 37,85 ribu barel per hari,” kata dia.

Kombes Gidion: Penganiayaan Senior kepada Junior Taruna STIP Dianggap Tradisi

Penghentian produksi secara tidak terduga biasanya karena kejadian alam, seperti hujan, petir, gelombang tinggi, dan banjir.  Faktor ini menjadi penyumbang terbesar dengan potensi kehilangan produksi lebih dari 10 ribu barel per hari.

Belum lagi kerusakan fasilitas produksi yang menyebabkan berhentinya operasi dengan potensi kehilangan lebih dari 8.000 barel per hari.

Beberapa hambatan lain yang tidak tercatat sebagai kehilangan produksi, namun berkontribusi terhadap pencapaian, juga terjadi, seperti tumpang tindih lahan yang berdampak pada pengunduran jadwal pemboran. "Chevron tidak dapat melaksanakan pemboran 50 sumur di Lapangan Minas, Riau, karena masalah pembebasan lokasi," kata Elan.

BP Migas juga mencatat, sejumlah perusahaan mengalami penurunan produksi cukup signifikan. Mereka adalah Chevron Pacific Indonesia, Pertamina EP, Total E&P Indonesie, Conocophillips, dan Kodeco Energy. "Masing-masing kontraktor produksinya turun hingga 10 ribu barel per hari." katanya. (art)

Kemenkes Luncurkan SISP Healthcare, Misinya Ingin Hilangkan Penyakit Kanker
Aksi UI Solidarity Camp (Doc: Istimewa)

Aksi UI Tiru AS Gelar Kamp Palestine Solidarity untuk Penghentian Perang di Gaza Banjir Dukungan

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia (YKMI) secara resmi mendukung inisiatif sivitas akademika Universitas Indonesia (UI), yang mulai memasifkan protes dan solidaritas terh

img_title
VIVA.co.id
5 Mei 2024