- Dokumen pribadi
VIVAnews - Partai koalisi pendukung pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono masih gerah pada sikap Golkar dan PKS. Kedua partai yang juga duduk di koalisi itu, kerap kali berseberangan dengan sikap pemerintah.
Setelah Demokrat dan PKB, kali ini Partai Amanat Nasional (PAN) mengingatkan kedua partai tersebut mematuhi komitmen yang telah dibuat.
"Bila ada parpol yang tidak at home di Setgab, di mana seringkali berbeda pendapat, maka akan sangat terhormat bila mundur dan bersikap sebagai oposisi tulen yang solutif," kata Wakil Ketua Fraksi PAN, Viva Yoga Mauladi, di Gedung DPR, Jumat 26 Februari 2011.
Menurutnya, Golkar dan PKS sebagai anggota koalisi yang tergabung dalam Setgab telah mengingkari komitmen Setgab. "Seringkali ada perbedaan pandangan di dalam internal anggota Setgab, itu hal yang aneh. Semestinya anggota Setgab bertanggungjawab untuk meningkatkan kualitas kinerja pemerintah, tidak justru menggamggu dan menjadi faktor penghambat," kata Viva.
Menurut dia, perbedaan sikap politik di internal Setgab dalam kasus Angket Mafia Pajak kemarin, adalah bukan yang pertama kali. Mulai dari kasus Century, pengisian posisi di Bank Indonesia, sampai soal calon anggota KPU.
Viva juga mengomentari pernyataan Sekjen PKS, Anis Matta, bahwa siap beroposisi bila dikeluarkan dari koalisi. "Kalau PKS sudah sepenuh hati akan keluar dari anggota Setgab, yang berarti PKS akan menarik kadernya yang ada di kabinet, merupakan sikap yang menghormati fatsun dan moral politik," katanya.
"PAN menyerahkan hal itu sebagai kebijakan internal rumah tangga PKS sendiri. PAN menghormati apapun keputusan PKS."
Mengenai perlunya Presiden mengevaluasi Kabinet, Viva mengatakan, "Menurut UUD itu menjadi kewenangan Presiden untuk mengangkat dan memberhentikan menterinya." ujarnya.
Terpopuler: Kisah Mualaf Gonzales, Persib Gagalkan Keunggulan Bali United
Kisah mualaf Cristian Gonzales menjadi artikel terpopuler di kanal bola VIVA.co.id sepanjang Selasa 14 Mei 2024. Di dalamnya terdapat hal yang membuatnya tertarik Islam.
