Pertamina: 46% Kebutuhan Premium Masih Impor

BBM: Pertamina
Sumber :
  • VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis

VIVAnews - PT Pertamina menyatakan masih mengimpor Premium dan Pertamax masing-masing 10,28 juta kiloliter dan 4,23 juta kiloliter oere tahun. Pasalnya, produksi bensin beroktan 88 dan 92 dari kilang dalam negeri belum mencukupi kebutuhan.

Direktur Utama Karen Agustiawan menyatakan, total konsumsi Premium tahun ini dari dalam negeri diperkirakan hanya 20,86 juta kiloliter. "Jadi, 46 persen masih impor," katanya pada rapat dengar pendapat di Komisi VII DPR RI, Senin, 7 Maret 2011.

Adapun kebutuhan Pertamax dalam negeri mencapai 4,69 juta kiloliter per tahun, Sebanyak 4,23 juta kiloliter di antaranya harus diimpor. Artinya, hanya 0,4 juta kiloliter per tahun yang diproduksi dalam negeri.

Karen menambahkan, peningkatan kapasitas kilang dalam negeri yang rencananya selesai pada kuartal II 2013 akan menaikkan produksi Premium dan Pertamax. "Biayanya US$2,5 miliar, dengan asumsi Rp10 ribu per dolar, biaya investasi mencapai Rp25 triliun," katanya.

Pada 2014, produksi Pertamax akan naik menjadi 4,47 juta kiloliter dan Premium menjadi 12,31 juta kiloliter. Puncak produksi Pertamax akan mencapai 8,36 juta kiloliter dan Premium menjadi 13,14 juta kiloliter pada 2017.

Karen mengatakan, konsumsi Premium terbesar adalah kendaraan pribadi dengan prosentase 46 persen, lalu disusul sepeda motor sebanyak 39 persen, dan kendaraan umum 15 persen.

Karen juga mengatakan bahwa konsumsi BBM melonjak tajam pada 2006 hingga 2010. Pada periode itu, konsumsi Premium meningkat 22,92 persen. "Peningkatan konsumsi kurang lebih 8 persen setiap tahun," katanya. Demikian juga dengan solar, konsumsinya juga melonjak 12,95 persen.

Penurunan konsumsi hanya terjadi pada minyak tanah yaitu -2,35 persen. "Konsumsi minyak tanah berkurang sejalan dengan program konversi minyak tanah ke elpiji," katanya. (Laporan: Heronimus Ronito | kd)

Garuda Indonesia Sanksi Tegas Pegawainya yang Jadi Petugas 'Nebeng' Haji ke Tanah Suci
Ilustrasi pabrik rokok.

Kenaikan Cukai Picu Turunnya Produksi Rokok dan Penerimaan Negara

Laporan penerimaan Kepabeanan dan Cukai Maret 2024 menunjukkan penurunan sebesar 4,5 persen, dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 69 triliun.

img_title
VIVA.co.id
8 Mei 2024