Jepang Tsunami, Bagaimana Nasib Global Bond?

Obligasi Jatuh Tempo
Sumber :
  • Departemen Keuangan

VIVAnews - Pemerintah Indonesia optimistis penerbitan surat utang global (global bond) masih tetap berjalan sesuai jadwal, walaupun kondisi perekonomian Jepang saat ini tengah mengalami perlambatan. Selama ini, investor asal Jepang termasuk salah satu penyerap surat utang Indonesia.

"Ya, sekarang pasarnya lumayan, tapi kan kondisi Jepang ini membuat investor wait and see," kata Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro di kantor Kementerian Keuangan, Jalan Wahidin, Jakarta, Selasa, 22 Maret 2011.

Untuk diketahui, pemerintah bakal menutup kekurangan pendanaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011 sebesar Rp124,65 triliun melalui penerbitan tiga jenis surat utang negara. Selain global bond, Kemenkeu bakal menerbitkan sukuk global dan Samurai Bond.

Farhat Abbas Diperiksa Polisi Pekan Ini soal Laporan Penistaan Agama ke Pendeta Gilbert

Kementerian Keuangan telah menunjuk tiga perusahaan sekuritas asing yang akan menjadi penjamin emisi (underwriter) penerbitan surat utang global  pemerintah Indonesia pada 2011. Tiga perusahaan sekuritas itu adalah JP Morgan, UBS, dan Deutsche Bank.

Menurut Bambang, tingkat imbal hasil (yeild) dari surat utang saat ini memang sedang menarik. Namun, pemerintah juga perlu memperhatikan faktor kemampuan penyerapan dari investor yang saat ini tengah disibukkan dengan sentimen negatif tsunami dan kekhawatiran radiasi nuklir di Jepang.

"Kami tidak mungkin mau masuk ke pasar dengan kondisi yang sedang bearish," katanya.

Disinggung mengenai rencana pemerintah Filipina yang tetap menerbitkan global bond senilai US$1,5 miliar, Bambang menyatakan Indonesia memiliki pangsa pasar sendiri dalam hal penyerapan surat utang global. Pemerintah tidak merasa khawatir terhadap adanya persaingan memperebutkan investor luar negeri.

"Kita kan punya pasar sendiri. Lagipula Jepang kan turun rating-nya. Kita justru dalam kondisi naik," jelas Bambang.

Dia menambahkan, keputusan Filipina tersebut juga lebih karena kondisi anggaran negaranya yang tengah berada dalam tekanan, sehingga harus segera menerbitkan surat utang. "Mereka harus segera mengeluarkan surat utang, kalau tidak budget-nya akan bleeding," ujar Bambang.  

Sebelumnya, Kemenkeu juga sudah menggelar non deal roadshow untuk mengetahui kondisi pasar terkait rencana penerbitan global bond. Tiga negara yang dijadikan rujukan untuk menilai persepsi pasar adalah Swiss, Inggris, dan Amerika Serikat. (art)

VIVA Militer: Peltu Bambang

Luar Biasa, Prajurit TNI Ini Rela Rugi Rp20 Juta Sebulan Demi Tolong Petani Singkong yang Menderita

Peltu Bambang sedih lihat petani hidup menderita.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024