- BMKG
VIVAnews - Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMGKG) Yogyakarta memperkirakan musim penghujan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya baru akan berakhir pada akhir April mendatang dan baru akan memasuki musim kemarau pada bulan Mei 2011.
Pada musim penghujan saat ini curah hujan khususnya bulan Maret diperkirakan mencapai 300 hingga 400 milimeter, sedangkan pada April curah hujan mengalami penurunan antara 100 hingga 200 militer per bulannya.
“Dengan curah hujan antara 300-400 milimeter, maka potensi terjadi banjir lahar dingin masih dapat berlangsung pada sungai-sungai yang berhulu di Merapi,” terang Budi Waluyo, Kepala BMKG Yogyakarta, Kamis, 24 Maret 2011
Meski pada bulan April memasuki masa pancaroba, namun dengan curah hujan yang diperkirakan mencapai 100 hingga 200 milimeter, potensi banjir lahar dingin masih tinggi meski tidak sebesar Maret.
“Selain masih ada potensi banjir lahar dingin, pada saat masa pancaroba rawan terjadinya angin kencang di beberapa daerah yang ada di DIY. Hal ini juga patut menjadi kewaspadaan masyarakat maupun instansi pemerintah terkait,” tandasnya
BMKG sendiri, kata Budi, selalu memberitahukan prakiraan cuaca ini kepada instansi pemerintah terkait seperti Kabupaten Sleman, kantor-kantor kecamatan yang mempunyai wilayah sungai yang berhulu di Merapi, tim SAR dan juga para nelayan.
”Kalau masyarakat ingin mengetahui perkembangan cuaca selama 3 atau 6 jam ke depan maka bisa membuka website kami di www.bmkgjateng.com,” katanya.
Sementara Bupati Sleman, Sri Purnomo menyatakan, rumah-rumah yang berada tidak jauh dari bantaran Kali Gendol yang diterjang oleh banjir lahar dingin sebagian besar atau seluruhnya sudah ditinggalkan oleh para pemiliknya. Sebelumnya, ada larangan untuk warga yang punya rumah 300 meter dari bantaran sungai yang berhulu di Merapi untuk tidak ditempati.
”Saat ini para pemilik rumah yang diterjang banjir lahar dingin mengungsi di rumah sanak saudaranya atau di posko pengungsian yang disediakan oleh pemerintah. Pemerintah sendiri akan memenuhi kebutuhan sehari-hari para korban banjir lahar dingin,” katanya.
Sri Purnomo juga berjanji akan memperlakukan hal yang sama kepada para korban banjir lahar dingin seperti korban erupsi merapi. Mereka yang kehilangan rumah akan tinggal di shelter sembari menunggu pembangunan rumah permanen.
”Kita memperlakukan korban banjir lahar dingin seperi korban erupsi Merapi,” tandasnya
Laporan: Juna Sanbawa| DIY, umi