- Vivanews/Nurcholis Anhari Lubis
VIVAnews - Gempa bumi dan tsunami Jepang pada 11 Maret 2011 disinyalir menyebabkan ekspor Indonesia ke Negeri Sakura tersebut mengalami penurunan tajam.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, total volume ekspor ke Jepang pada Maret diperkirakan menurun sebesar 50 persen, sedangkan nilainya terkoreksi 25 persen dibandingkan Februari 2011.
"Hampir semua pelabuhan tujuan ekspor barang Indonesia ke Jepang menunjukkan penurunan volume. Tentunya, kami memperkirakan ada penurunan untuk ekspor Maret," ujar Kepala BPS, Rusman Heriawan, usai konferensi pers di Gedung BPS, Jakarta, Jumat 1 April 2011.
Sayangnya, Rusman tidak bisa menunjukkan angka pastinya, berapa total perkiraan penurunan ekspor Indonesia ke Jepang per Maret 2011.
Menurut Rusman, BPS memperkirakan terjadinya penurunan setelah memperoleh data perdagangan melalui pelabuhan Jepang yang menunjukkan jumlah volume ekspor ke negara Matahari Terbit itu mengalami penurunan tajam. Sebab, beberapa daerah yang terkena bencana gempa dan tsunami 11 Maret lalu mengalami penurunan hingga separuhnya.
Pelabuhan Sendai misalnya, dia melanjutkan, volume ekspor menurun 44,5 persen dari US$10,2 juta pada Februari 2011 menjadi US$5,6 juta pada Maret 2011. Di pelabuhan Tokoyama, nilai ekspor menurun 35 persen.
"Walaupun ada pelabuhan yang tetap beroperasi, secara psikologis Jepang memfokuskan diri pada bencana, sehingga akan membuat ekspor turun," kata Rusman.
Sementara itu, BPS mencatat, nilai ekspor Indonesia Februari 2011 mencapai US$14,40 miliar atau turun 1,42 persen dibanding Januari 2011. Sedangkan dibanding Februari 2010, ekspor naik 28,94 persen. Secara kumulatif, ekspor Januari-Februari 2011 mencapai US$29,90 miliar atau naik 27,42 persen dibanding periode yang sama 2010.
Nilai ekspor nonmigas ke Jepang Februari 2011 mencapai US$1,66 miliar. Sementara itu, secara kumulatif, ekspor nonmigas mencapai US$23,83 miliar atau naik 30,64 persen. (art)