VIVAnews - Harga minyak turun di bawah US$112 per barel pada Senin 11 April 2011 waktu New York atau, Selasa dini hari waktu Indonesia. Meski demikian, menurut catatan Associated Press, harga minyak masih dekat dengan harga tertinggi dalam 30 bulan terakhir.
Melemahnya mata uang dolar Amerika Serikat dan memburuknya situasi di negara-negara Timur Tengah membuat harga minyak melambung.
Harga minyak mentah patokan untuk pengiriman Mei turun 94 sen menjadi US$111,85 per barel di perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, pada Jumat, kontrak minyak melonjak US$2,49 menjadi US$112,79, tertinggi sejak September 2008.
Di London, minyak mentah Brent pengiriman Mei turun US$1,06 menjadi US$125,59 per barel di bursa ICE Futures.
Harga minyak telah melonjak sekitar 33 persen sejak pertengahan Februari akibat kekhawatiran pedagang atas pasokan minyak mentah menyusul kerusuhan politik di sejumlah negara Arab, termasuk Libya.
Kekerasan juga meningkat di Jalur Gaza antara Palestina dan Israel. Sejak Kamis, Palestina telah menembakkan lebih dari 120 roket dan mortir ke Israel selatan. Tindakan ini mendorong pembalasan Israel dan menewaskan 19 orang. Ini merupakan pertempuran paling sengit sejak Januari 2009.
Sementara itu, tentara Mesir menyerang demonstran --yang menyerukan penyelidikan korupsi mantan Presiden Hosni Mubarak-- telah menewaskan sedikitnya satu orang dan melukai 71 lainnya pada Sabtu. Beberapa ratus pengunjuk rasa tetap dibarikade di Tahrir Square, Kairo.
"Berita segar di akhir pekan bisa meramalkan sepekan yang sulit bagi [harga] minyak mentah," kata konsultan energi Schork Group Inc. "Kekerasan di Jalur Gaza dan protes baru di Tahrir Square dapat memicu kepanikan pasar."
Selain itu, investor mencermati pasar mata uang setelah nilai tukar dolar AS terhadap euro pada pekan lalu turun ke level terendah dalam 15 bulan. Mata uang AS yang melemah membuat komoditas berbasis dolar, seperti minyak, lebih murah jika dibeli dengan mata uang lain.
Nilai tukar euro turun sedikit menjadi US$1,4457 pada Senin, dari US$1,4483 pada Jumat malam.
"Dolar yang lebih lemah telah menjadi faktor paling konsisten mendorong harga minyak lebih tinggi pada 2011, seperti pada 2010," kata konsultan energi AS Cameron Hanover.
Analis memperkirakan lonjakan harga minyak melemahkan permintaan konsumen. Namun ada juga yang optimistis biaya bahan bakar yang lebih tinggi tidak akan menggelincirkan pemulihan ekonomi global.
Pada perdagangan Nymex lainnya untuk kontrak Mei, minyak pemanas turun 3,49 sen menjadi US$3,2848 per galon --satu galon setara 3,78 liter, dan bensin turun 2,95 sen menjadi US$3,2312 per galon. Gas alam turun 3,7 sen menetap di US$4,004 per seribu kaki kubik. (art)
Sumber :
VIVA.co.id
29 Maret 2024
Baca Juga :
Komentar
Topik Terkait
Jangan Lewatkan
Terpopuler
Selengkapnya
VIVA Networks
PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) telah menyiapkan layanan Bengkel Siaga untuk mobil dan sepeda motor yang tersebar di 66 titik guna menyambut mudik lebaran 2024.
Benarkah Insecure Dosa? Begini Kata Habib Jafar
Sahijab
10 hari lalu
Istilah "insecure" erat kaitannya dengan tingkat percaya diri seseorang, yang merupakan perasaan yang dapat berubah sesuai dengan situasi yang dialami. Apakah ini dosa?
Nikita Mirzani Resmi Coret Nama Loly dari Kartu Keluarga hingga Asuransi, Akui Tak Peduli Lagi
IntipSeleb
21 menit lalu
Perseteruan Nikita Mirzani dengan sang anak Loly kembali memanas dengan artis tersebut yang menghapus nama sang putri dari Kartu Keluarga atau KK, hak waris, dan asuransi
Ayahanda King Nassar Meninggal Dunia, Inul Daratista Berikan Pesan Menyentuh untuk Sang Sahabat
JagoDangdut
11 menit lalu
Kabar duka datang dari penyanyi dangdut kenamaan, King Nassar. Ayahanda tercintanya, H. Ahmad Hasan Sungkar, meninggal dunia pada hari Jumat, 29 Maret 2024.
Selengkapnya
Isu Terkini