Pedro Paez: IMF dan Bank Dunia Sudah Kuno

Pedro Paez
Sumber :

Edi Purwanto Paparkan Kinerja DPRD Jambi di Hadapan Wakil Konsul AS

VIVAnews – Bagi publik di Indonesia, Prof. Dr. Pedro Paez Perez bukanlah nama yang familiar. Namun, kalangan pemerhati masalah-masalah pembangunan di negara berkembang mengenal Paez sebagai ekonom reformis di Amerika Selatan.

Paez pernah menjadi Menteri Koordinator Bidang Kebijakan Ekonomi Ekuador. Jabatan itu dia emban relatif singkat, dari Oktober 2007 hingga Desember 2008. 

Siap-siap Angkat Kaki dari Manchester United

Setelah pensiun dari jabatannya, Paez bergabung dalam Komisi Stiglitz. Dia rutin membuat rekomendasi-rekomendasi kepada Majelis Umum PBB dalam mengatasi krisis keuangan dan ekonomi global.

Paez sempat berkunjung ke Jakarta. Akhir pekan lalu, 7 Mei 2011, dia berbagi pemikiran dengan para ekonom, media, dan aktivis setempat.

No Indonesian Victims in the Baltimore Bridge Collapse Incident

Menjawab sejumlah pertanyaan dari wartawan VIVAnews, Anggi Kusumadewi, Paez mengutarakan kerisauannya atas sistem ekonomi dan keuangan internasional yang tengah berlaku, sehingga dia menggulirkan alternatif mengenai tata ekonomi dunia baru.

Apakah situasi ekonomi global yang saat ini tengah dilanda krisis, akan mengubah tata ekonomi internasional yang selama ini telah mapan?

Kondisi saat ini jelas-jelas menunjukkan bahwa dunia tidak dapat lagi menerima kekuatan ekonomi unilateral. Kekuatan ekonomi dunia tidak dapat dikonsentrasikan kepada sistem oligarki tradisional.

Kita tidak dapat mengesampingkan kedaulatan negara bangsa, hanya demi oligarki transnasional yang bernama IMF dan Bank Dunia.

Sistem kuno itu sudah terbukti rawan, memicu ketidakpastian dan ketidakstabilan, serta menyimpan resiko finansial.

Apakah institusi internasional seperti International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia saat ini masih berperan signifikan untuk menstabilkan perekonomian internasional? Atau haruskah mereka direformasi secara total?

Sudah saatnya kita menciptakan suatu tata ekonomi dunia baru yang berlandaskan pada kesetaraan. Tidak pada tempatnya lagi suatu organisasi internasional memaksakan dan mendikte negara-negara tertentu untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan yang menurut mereka baik dan sesuai dengan keinginan mereka.

Hal itu sudah terbukti gagal pada Asia dan Amerika Latin, termasuk negara saya, Ekuador. Demi menuruti kebijakan IMF, kami sampai harus mengorbankan mata uang kami dan memeluk ‘agama’ mereka, yakni Dolar. Secara tidak langsung, IMF sudah melakukan ‘Dolarisasi’ terhadap Ekuador.

Apakah keuangan internasional dan pembangunan di Dunia Ketiga  mampu berjalan tanpa IMF dan Bank Dunia?

Kini tiba waktunya bagi kita untuk menjamin masa depan kita sendiri. Kita harus menciptakan stabilitas finansial, stabilitas ekonomi, stabilitas pangan, dan stabilitas pasar, dengan tangan kita sendiri. Kita tidak dapat lagi terus mengorbankan diri kita sendiri, dan mengorbankan banyak sumber daya internasional karena ketakutan kita akan oligarki ekonomi yang kini telah basi.

Kita harus menemukan alternatif. Kita harus menciptakan tipe struktur ekonomi internasional baru yang berlandaskan kesetaraan. Kita harus menciptakan pekerjaan untuk semua orang.

Alternatif apa yang ditawarkan?

Untuk itulah kami di Amerika Latin mendirikan Bank of the South sebagai alternatif dari Bank Dunia. Sejumlah pemimpin Amerika Latin pun kini telah meneken kesepakatan untuk merealisasikan proyek ambisius guna membangun rel kereta api yang akan menghubungkan banyak negara di Amerika Latin.

Bayangkan, kami akan membuka lapangan kerja di mana-mana dengan proyek ini – dan semua itu tanpa satu pun campur tangan kekuatan ekonomi lama. Sangat menguntungkan, bukan?

Apakah kekuatan ekonomi tradisional seperti AS dan Eropa Barat yang kini sedang terseret pusaran bencana finansial, akan menyeret negara-negara berkembang ke dalam krisis mereka? Ataukah ini justru menjadi momentum bagus bagi negara-negara berkembang untuk tampil ke depan?

Itu tergantung pada langkah yang kita ambil. Yang jelas, krisis ekonomi di Barat merupakan bukti tak terbantahkan bahwa paham ekonomi unilateral dunia lama itu kini terbukti salah.

Apa yang mereka sebut liberalisme, kapitalisme, atau neoliberalisme – semua ‘agama’ yang selama ini mereka sembah itu terbukti tidak dapat menjadi penyelamat.

Oligarki finansial global telah berakhir. Kapitalisme kronis adalah kunci krisis yang menimpa diri mereka sendiri. Kini saatnya untuk tata ekonomi dunia baru.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya