Kondisi Dua Pengawal Pimpinan Sekte Labil

Polisi menjaga lokasi kejadian perkara.
Sumber :
  • VIVAnews/Tri Saputro

VIVAnews -- Bentrok fisik terjadi antara aparat kepolisian dan warga masyarakat di Maros, Sulawesi Selatan berujung pada tewasnya Aha' Daeng Kulle. Polisi terpaksa menembak  pimpinan aliran Ahad Soht ini setelah ia membacok dan menikam anggota polisi, Aipda Abdulrahim hingga tewas.

Tak hanya menewaskan dua orang, bentrok antara polisi dan warga juga melukai enam orang lainnya, tiga polisi dan tiga pengawal Daeng Aha'.

Dua dari tiga pengawal tersebut, Mukhtar, 20 tahun dan Ruslan, 19 tahun, saat ini dirujuk ke Makassar.  Mereka sebelumnya sempat menjalani perawatan di Poliklinik Polres Maros, sekitar 8 jam. Kapolres Maros, AKBP Ferdinan Pasaribu mengatakan, kondisi kedua pengawal Daeng Aha masih labil. Sementara peralatan yang dimiliki Poliklinik Polres Maros tidak sesuai dengan penanganan terhadap dua korban tersebut. "Makanya tadi malam kami langsung rujuk ke RS Bhayangkara untuk menjalani penanganan lebih lanjut,” kata AKBP Ferdinan Pasaribu kepada VIVAnews, Selasa, 10 Mei 2011.

Sedangkan satu korban lainnya, Sarif, 20 tahun, masih ditangani oleh pihak Polres Maros.

Pantauan VIVAnews di RS Bhayangakara, dua pengawal Daeng 'Aha dirawat di ruangan Maleo RS milik Polda Sulselbar itu. Pihak RS Bhayangkara enggan memberikan keterangan lebih jauh tentang kondisi kedua korban. Kamar pasien juga terlihat dijaga ketat oleh sejumlah anggota polisi.

Pihak RS Bhayangkara melalui humasnya, Ajun Komisaris Polisi Asmawati membenarkan keberadaan kedua korban. Ia juga mengatakan ditangani sesuai prosedur kebutuhan pasien. Hingga pagi ini, kata Asmawati, kedua korban belum dijenguk pihak keluarga.

Informasi yang dihimpun, tiga pengawal Daeng Aha' sudah ditetapkan menjadi tersangka atas kasus penganiayaan dan pembunuhan terhadap anggota Polres Maros. Pada saat itu ketiganya mencoba melawan saat diminta untuk menyerahkan senjata tajam yang dibawa oleh Daeng Aha', pimpinannya.

Untuk diketahui, aliran Ahad Soht dikembangkan di wilayah Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros. Pengikutnya disebutkan sekitar 50 orang, terdiri dari anak-anak hingga orang tua.

Menurut Ketua MUI Maros, KH Sahabuddin, aliran tersebut sesat dan melenceng jauh dari ajaran agama Islam. Aliran itu sangat janggal, seperti membaca Al Fatihah yang tidak lengkap dan dicampur dengan bahasa Makassar. Cara beribadahnya juga aneh, karena bersemedi, bergoyang-goyang, dan meraung-raung.

Kejanggalan lainnya, aliran ini hanya melakukan salat dua kali saja, yakni dzuhur dan asar. Yang dinilai MUI paling janggal, aliran ini mengajarkan masih adanya Tuhan di atas Allah dan melarang jamaahnya membaca Alquran. (eh)

Laporan: Rahmat Zeena| Makassar

Ketua DPRD Sebut Pemkab Klungkung Komitmen Tangani Kerusakan Jalan di Nusa Penida
Komandan al-Quds Brigade Tulkarm, Mohammad Jaber atau Abu Shujaa

Sosok Abu Shujaa, Komandan Perang Al Quds yang 'Bangkit' dari Kematian

Abu Shujaa pun dinyatakan telah tewas oleh Israel pada hari Jumat lalu. Namun, mengejutkannya, Abu Shujaa tiba-tiba 'bangkit dari kubur'.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024