- AP Photo/ Irwin Fedriansyah
VIVAnews - Tersangka terorisme Abu Bakar Ba'asyir mengaku tidak mengenal Dulmatin, orang yang mencetuskan ide pelatihan militer di Aceh pertama kali. Ba'asyir juga membantah ada pertemuan rahasia dengan Dulmatin untuk mengatur latihan senjata itu.
"Malahan saya tidak kenal Dulmatin. Saya pernah lihat wajahnya di koran dan televisi," kata Ba'asyir dalam pembacaan pembelaan atas tuntutan jaksa atau pledoi di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu 25 Mei 2011.
Ba'asyir mengaku selalu ditemani staf inti dalam setiap pertemuan, termasuk rahasia sekalipun. "Sungguh tuduhan jaksa ini sangat tidak masuk akal dan hanya mendasarkan keterangan pada satu saksi saja, Ubaid," tegas Ba'asyir yang juga Amir Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) itu.
Hal ini menanggapi tuntutan jaksa yang menyebutkan Ba'asyir pernah melakukan pertemuan dengan Dulmatin di sebuah ruko di Solo pada Februari 2009. Dalam pertemuan yang difasilitasi Ubaid, mantan anggota JAT, Ba'asyir meminta pertemuan empat mata saja dengan Dulmatin.
Dulmatin sendiri merupakan tersangka teroris yang kemudian tewas dalam penggerebekan Datasemen Khusus 88 di Pamulang, Tangerang, 9 Maret tahun lalu.
Ba'asyir menyatakan bahwa kesaksian Ubaid yang mengaitkan dirinya dengan pelatihan militer Aceh sangat dipaksakan. "Setelah (Ubaid) disiksa agar mau memberikan kesaksian maunya Densus," ketusnya.
Cerita Ubaid yang mengaitkan dirinya itu, kata Ba'asyir, sudah pernah disiarkan salah satu televisi swasta, dua bulan sebelum dirinya ditangkap. "Penyiaran itu tujuannya untuk membentuk opini masyarakat bahwa saya benar-benar terlibat perencanaan latihan di Aceh," imbuhnya.
Dalam kasus ini, jaksa menuntut Ba'asyir seumur hidup. JPU menyatakan Baasyir terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar pasal penyediaan dana pelatihan militer di Aceh. ''Unsur tersebut ditujukan untuk melakukan tindak pidana terorisme,'' kata jaksa dalam persidangan diĀ Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Senin 9 Mei lalu. ''Sudah sepantasnya terdakwa menerima hukuman setimpal." (eh)