Transformasi Djakarta Fair

Pekan Raya Jakarta
Sumber :
  • eventguide.com

VIVAnews - Perhelatan menyambut ulang tahun kota Jakarta selalu identik dengan acara Pekan Raya Jakarta (PRJ). Sejak kali pertama digelar tahun 1968, PRJ merupakan sebuah pasar malam yang syarat dengan kebudayaan Betawi di tengah pusat kota.

Skenario Tante Bunuh Keponakan di Tangerang, Ambil Perhiasan Korban Biar Dikira Kasus Pencurian

PRJ pertama kali digelar 5 Juni hingga 20 Juli 1968 dan dibuka Presiden Soeharto. Peresmian PRJ itu ditandai dengan pelepasan merpati pos. Ketika itu namanya belum PRJ tapi Djakarta Fair yang  biasa disingkat DF. Kemudian DF berubah menjadi Jakarta Fair yang  kemudian lebih populer dengan sebutan Pekan Raya Jakarta.

Gagasan PRJ lahir dari Gubernur Ali Sadikin. Ketika itu Pemerintah Daerah DKI Jakarta ingin membuat suatu pameran besar yang terpusat dan berlangsung dalam waktu yang lama. Ide menyatukan berbagai pasar malam yang ketika itu masih menyebar di Jakarta pula menjadi dasarnya.

Ketika itu sudah ada Pasar Malam Gambir yang setiap tahun berlangsung di bekas Lapangan Ikada (kini kawasan Monas). Ini pula yang menginspirasinya.

Agar lebih resmi, Pemerintah DKI mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 tahun 1968 yang antara lain menetapkan Djakarta Fair akan menjadi agenda tetap tahunan dan diselenggarakan menjelang Hari Ulang Tahun Jakarta yang dirayakan setiap 22 Juni.

Penyelenggaraan PRJ atau Djakarta Fair ini, dari tahun ke tahun mulai mengalami perkembangan. Jumlah pengunjung dan pesertanya  bertambah terus. Dari sekadar pasar malam  bermutasi menjadi ajang pameran modern yang menampilkan berbagai  produk, dan kini menyuguhkan pasar murah bagi keluarga.

Tercatat, PRJ 1968 atau DF 68 berlangsung mulus dan boleh dikatakan sukses. Mega perhelatan ini mampu menyedot pengunjung tidak kurang dari 1,4 juta orang. Begitu juga PRJ 1969 atau DF 69 memecahkan rekor penyelenggaran PRJ terlama karena memakan waktu penyelenggaraan 71 hari.

PRJ pada umumnya berlangsung 30–35 hari. Ada hal yang membuat PRJ sempat mendunia, yakni Presiden Amerika Serikat Richard Nixon saat bertandang ke Indonesia , sempat mampir ke DF 69. Hingga tahun ke 2011, penyelenggaran PRJ telah berumur 44 tahun dalam Kemeriahan HUT DKI Jakarta ke-484.

JK Sebut Golkar Partai Terbuka, Tak Masalah Jika Jokowi-Gibran Gabung

Kondisi PRJ berubah total ketika dipindahkan dari Taman Silang Monas ke eks bandara pertama, Kemayoran, tahun 1992.  Pasca kepindahan lokasi PRJ, menjadikan event ini mengalami perubahan makna dan kehilangan roh akan semangat pasar malam yang kental dengan unsur kebudayaan. 

Roh itu tergerus, termakan semangat hedonisme. Kini perhelatan pasar malam itu, tak jauh sama persis layak sebuah mal.     

Menurut sejarahwan Jakarta  Alwi Shahab, PRJ sekarang sudah kehilangan rohnya. Artinya banyak sekali pemutasian dari sebuah pasar tradisional menjadi sebuah pasar yang kental dengan aroma hedonis.

Bagi Alwi, PRJ merupakan wadah di mana masyarakat Jakarta bisa menikmati pasar rakyat sekaligus mengenal kebudayaan. Tapi semenjak dipindahkan ke tempat eks bandar udara pertama, Kemayoran, ini menjadi sirna, bahkan tidak seramai dulu.

Selain itu, perpindahan menjadi salah satu faktor yang membuat antusias warga Jakarta menjadi berkurang. "Dahulu sangat ramai, karena bertempat di Monas yang merupakan pusat kota, aksesnya mudah dan startegis. Pengunjung dari luar Jakarta seperti Depok dan Bekasi tinggal naik kereta dari Stasiun Gambir," katanya kepada VIVAnews.com.

Tapi saat PRJ dipindahkan ke Kemayoran, aksesnya menjadi sulit. Apalagi tempat saat ini sudah mirip dengan mal, bukan di lapangan terbuka seperti dahulu kala. "Jadi tidak ada yang istimewa, warga malah milih ke mal saja," imbuhnya.

Alwi mengingat kembali dimana saat PRJ masih berada di Monas tidak pernah sepi dari pengunjung. Di setiap sudut terdapat pertunjukan kebudayaan, makanan khas betawi, pasar murah, bahkan permainan judi. Akankah yang hilang di Monas tergantikan di Kemayoran, lihat saja 9 Juni 2011 besok.

Umat Buddha Akan Rayakan Waisak 2568 BE dengan Tema Kesadaran Atas Keberagaman
Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziah

Terima Kunjungan LBBP Jepang, Menaker Berharap Kerja Sama Ketenagakerjaan Indonesia-Jepang Meningkat

Kepada Yasushi  Masaki, Ida Fauziyah berharap terus memperkuat hubungan kerja sama bilateral Indonesia-Jepang, khususnya di bidang ketenagakerjaan.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024